Tak Hapus Status Trump Soal Kerusuhan, Bos Facebook Dikritik Pegawai

Desy Setyowati
2 Juni 2020, 06:00
Tak 'Sanksi' Cuitan Trump soal Demonstran, Zuckerberg Dikritik Pegawai
Erin Scott / ZUMA Wire / dpa
Polisi Capitol AS mengawal CEO Facebook Mark Zuckerberg (tengah) menyusuri lorong sebelum tampil di dua sidang kongres akhir pekan ini di Capitol Hill di Washington, D.C., Amerika Serikat, pada 9 April 2018.

Ia menjelaskan bahwa dia memahami logika keputusan Facebook. Akan tetapi, "saya pikir itu tepat bagi kita untuk membuat 'semangat kebijakan' pengecualian yang mempertimbangkan lebih banyak konteks,” katanya.

(Baca: Makin Panas, Facebook dan Twitter Lawan Trump soal Aturan Media Sosial)

Manajer Facebook lainnya Andrew Crow menilai, kebijakan membiarkan cuitan yang menghasut kekerasan dan menyebarkan disinformasi tak bisa diterima. “Terlepas dari siapa Anda atau apakah itu layak diberitakan,” ujar dia.

Trump Dikabarkan Telepon Zuckerberg

Sumber CNBC Internasional mengatakan, Trump menelepon Zuckerberg terkait ketegangan dengan beberapa perusahaan pengembang platform media sosial. Namun, juru bicara Gedung Putih dan Facebook menolak berkomentar mengenai hal ini.

Sebagaimana diketahui, sebelum menyembunyikan cuitan Trump, Twitter sempat melakukan cek fakta atas unggahan presiden AS itu. Alhasil, Trump menandatangani executive order dan ingin mengubah pasal atau section 230 pada Undang-undang Keterbukaan Komunikasi.

Section 230 mengatur tentang perlindungan kepada perusahaan media sosial dari tanggung jawab atas konten yang diunggah oleh penggunanya. (Baca: Trump Tawarkan Bantuan Militer untuk Redam Kerusuhan di Minnesota)

Cuitan Trump yang disembunyikan oleh Twitter berbunyi, “Para preman ini tak menghormati kenangan akan George Floyd, dan saya tidak akan membiarkan itu terjadi.” Kalimat lanjutannya, "Saat penjarahan terjadi, penembakan akan dimulai," ditandai dengan label glorifikasi kekerasan. Facebook memilih untuk tak mengikuti langkah Twitter.

Zuckerberg melalui pernyataan resminya mengaku sangat tidak setuju dengan Trump. “Tetapi saya percaya, orang harus dapat melihat ini untuk diri mereka sendiri. Sebab, pada akhirnya, pertanggungjawaban bagi mereka yang berada di posisi kekuasaan, hanya dapat terjadi ketika pidatonya dicermati secara terbuka," kata dia, dikutip dari CNBC Internasional.

Ia menambahkan bahwa kebijakan Facebook mengenai unggahan yang memuat hasutan kekerasan memungkinkan adanya diskusi seputar penggunaan kekuasaan. “Meskipun saya pikir, situasi saat ini menimbulkan pertanyaan penting tentang batas potensial dari diskusi itu,” katanya.

(Baca: Kematian George Floyd Berujung Kerusuhan di New York hingga Washington)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...