Fase New Normal, UMKM Jadi Medan Perang Baru Gojek dan Grab

Desy Setyowati
11 Juni 2020, 11:37
Medan Perang Baru Gojek dan Grab Memasuki Normal Baru, UMKM
ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA
Ilustrasi, sejumlah pengemudi ojek daring (online) menunggu penumpang di depan Stasiun Pondok Cina, Kota Depok, Jawa Barat, Selasa (11/6/2019).

Gojek dan Grab makin serius merambah layanan yang mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) saat memasuki normal baru (new normal). Berbagai sektor usaha, termasuk UMKM memang mulai beralih ke layanan berbasis digital akibat pandemi corona.

Eksekutif senior Gojek yang enggan disebutkan namanya mengatakan, perusahaan ingin berfokus membantu bisnis kecil di Indonesia bertahan dari krisis ekonomi akibat pandemi virus corona. “Gojek ingin menjembatani kesenjangan antara UMKM dengan perusahaan teknologi global,” demikian dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (11/6). 

Pekan lalu, Gojek mengumumkan perolehan pendanaan dari Facebook dan PayPal. Raksasa teknologi ini akan mendukung Gojek mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara, dengan fokus pada layanan pembayaran dan keuangan. 

Para ahli mengatakan, perusahaan teknologi global butuh pemahaman lokal yang mendalam terkait pasar, jika ingin berhasil di Asia Tenggara. Gojek dinilai menjadi jalan bagi Facebook dan PayPal untuk merambah pasar Indonesia.

“Pasar kami secara fundamental terdiri dari UKM,” kata CEO GoPay Aldi Haryopratomo saat wawancara dengan jurnalis CNBC Internasional Saheli Roy Choudhury. (Baca: Perang Baru Para Unicorn dan Decacorn di Warung Kelontong)

Di satu sisi, 100 ribu UMKM bergabung dengan ekosistem Gojek dalam tiga bulan di tengah pandemi Covid-19. Padahal, sebelumnya perusahaan butuh waktu dua tahun untuk menggaet 500 ribu UMKM.

Hal itu menunjukkan bahwa semakin banyak UMKM yang merambah layanan digital akibat pandemi corona. “Apa yang ingin kami lakukan yakni membantu pedagang melewati masa krisis ini. Apakah itu dengan menyediakan layanan pesan-antar makanan, logistik, pembayaran, dan bahkan akses ke platform,” kata Aldi.

Begitu juga dengan UMKM yang ingin mengakses layanan teknologi seperti Google, Facebook, dan PayPal. “Kemudian, kami menjembatani pedagang kecil di jalan dengan beberapa perusahaan teknologi global,” ujar dia.

(Baca: Babak Baru Pertarungan Gojek dan Grab di Tiga Layanan)

Sejauh ini, sekitar 50% dari transaksi di platform Gojek menggunakan layanan GoPay. Selain itu, lebih dari setengah juta mitra penjual yang menerima layanan pembayaran GoPay.

Gojek juga mengakuisisi startup penyedia layanan kasir (point of sales/POS), Moka. "Tujuannya, kami ingin menjadi organisasi yang memberikan solusi holistik bagi para pedagang untuk mengembangkan bisnis mereka," kata Aldi.

Sedangkan Grab berencana meluncurkan platform Grab Merchant. Layanan business to business (BtoB) bertujuan membantu UMKM di Asia Tenggara agar dapat mengelola bisnis mereka terintegrasi, menggunakan teknologi.

Para pelaku UKM dapat memperoleh pasokan hingga mengelola iklan melalui layanan B2B tersebut. Grab berharap dapat meluncurkan layanan keuangan untuk para merchant dalam beberapa bulan mendatang melalui layanan keuangan GrabPay.

(Baca: Normal Baru, Layanan Pesan Antar Perusahaan Digital Bersaing Ketat)

Dikutip dari DealStreetAsia, ada sekitar 78 ribu pedagang baru yang mendaftar ke Grab Merchant. Merchant makanan dan minuman yang sebelumnya menggunakan aplikasi merchant GrabFood akan dialihkan ke aplikasi Grab Merchant.

Langkah itu untuk mengonsolidasikan bisnis makanan dan minuman yang ada di Grab Food, bahan makanan di GrabMart, dan pembayaran digital.

Co-Founder Grab Hooi Ling Tan mengatakan, pandemi corona telah mempercepat bisnis beralih dari offline ke online. Perusahaan melihat ketergantungan pada layanan online tumbuh secara eksponensial hampir dalam 'semalam' akibat pandemi ini. 

"Kami berharap Grab Merchant dapat membantu usaha kecil menavigasi kehidupan normal baru ini. Kami akan memanfaatkan teknologi dan menjangkau untuk menemukan cara-cara baru dalam berbisnis yang secara inklusif dapat mendukung semua orang, ”ujar Tan dikutip dari DealStreetAsia, Senin (8/6).

(Baca: Sasar Pasar UKM, Ini Strategi Baru Grab Menangkan Persaingan di Asean)

Managing Director of Operations Grab Russell Cohen menambahkan, separuh lebih dari nilai transaksi berasal dari area yang tidak terkait dengan transportasi. Utamanya, berasal dari layanan pengiriman makanan dan bahan makanan.

Rencana bisnis Gojek dan Grab itu sejalan dengan hasil riset Facebook dan Bain & Company. Kajian ini menunjukkan, 44% konsumen di Asia Tenggara, yang merupakan pengguna internet, berbelanja bahan pokok secara online selama pandemi corona.

Berbelanja bahan pokok melalui e-commerce atau media sosial meningkat drastis sejak April. Sekitar 80% dari konsumen pengguna internet itu berencana terus berbelanja bahan makanan secara online.

(Baca: Gojek dan Grab Bersiap Terapkan New Normal)

Facebook dan Bain & Company memperkirakan, kebiasaan ini masih akan menjadi tren meski memasuki normal baru. “Tren ini akan tetap ada,” demikian dikutip dari laporan bertajuk 'Southeast Asia Digital Consumer Trends That Shape the Next Normal', Rabu (10/6).

Sebelum ada pandemi, riset CLSA pun menunjukkan bahwa startup termasuk para unicorn bakal bertarung menggaet warung konvensional. Apalagi, pandemi corona mempercepat proses transformasi pola belanja masyarakat dari online ke offline.

Kini, perusahaan-perusahaan teknologi mempercepat proses menggaet UMKM, untuk menyediakan layanan online to offline. (Baca: Facebook, PayPal, Google hingga Tencent Suntik Investasi ke Gojek)

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...