Peluang Petani Dulang Untung dari Tanaman Herbal dan Aplikasi Digital

Cindy Mutia Annur
12 September 2020, 07:30
Peluang Petani Dulang Untung dari Tanaman Herbal dan Aplikasi Digital
ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/aww.
Petani memanen teh bagian pucuk di Desa Sodong, Wonotunggal, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Selasa (21/7/2020).

“Meningkat enam hingga tujuh kali saat awal-awal terjadinya corona. Saat ini cenderung menurun,” kata Co-founder sekaligus COO Tukangsayur.co Endang Ahmad.

Lonjakan permintaan juga terjadi di platform e-commerce, seperti Tokopedia. Salah satu unicorn Tanah Air ini mencatatkan penjualan 60 ton jahe dalam sebulan, ketika Covid-19 pertama kali muncul.

Kementerian Pertanian dan pemerintah daerah (pemda) pun mendorong petani memasarkan hasil panennya melalui platform digital selama masa pagebluk ini. Kementerian mencatat, pemasaran produk hortikultura ke segmen rumah tangga melalui layanan digital meningkat 300% lebih selama masa pagebluk ini.

Tingginya permintaan bahkan bukan hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga negara lain. India dan Malaysia menjadi tujuan utama ekspor jahe, kunyit, dan temulawak. Hampir 75% dari total volume ekspor komoditas rempah dikirim ke kedua negara itu pada 2018.

Melonjaknya permintaan berdampak positif terhadap pendapatan petani. Kelompok Wanita Tani Mekar Wangi di desa Dataran Kempas, Jambi misalnya, mencatatkan peningkatan produksi dari 150-200 kilogram menjadi 350 kilogram per bulan akibat pandemi corona.

Kelompok petani binaan Asia Pulp & Paper Sinar Mas itu juga mengolah tanaman herbal menjadi serbuk, serta makanan dan minuman berbahan dasar jahe. Produk ini telah didistribusikan ke beberapa kabupaten di Jambi, Sumatra Selatan, Riau, dan Jakarta.

Pendistribusian itu melalui pemesanan langsung, online, dan minimarket. “Sejak pandemi, banyak orang mencari jahe. Pendapatan kami pun naik hingga 50%,” kata Ketua Kelompok Wanita Tani Mekar Wangi Rita Ayuwandari, dikutip dari siaran pers, Mei lalu (13/5).

Untuk memenuhi permintaan pasar, sebagian petani di Dataran Kempas pun beralih dari menanam sawit menjadi jahe. Kelompok itu juga bekerja sama dengan petani di desa tetangga untuk menyediakan bahan baku.

Petani asal Bali, I Kadek Ari Setiawan juga kebanjiran order tanaman herbal. Permintaan meningkat tiga kali lipat di masa pandemi ini.

Ia menjajakan produknya melalui akun @ekstraktemusari di Instagram sejak akhir tahun lalu. "Omzet bisa rata-rata Rp 10-Rp 15 juta per bulan," kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (10/9)

Mayoritas konsumennya dari Bali. Namun ada juga pemesanan dari Jakarta, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku.

Halaman:
Reporter: Cindy Mutia Annur
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...