PSBB Jilid 2 Jakarta Pukul Pendapatan Ojek Online, Anjlok hingga 40%
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak pekan lalu (14/9). Gabungan Aksi Roda Dua mencatat bahwa pendapatan pengemudi ojek online turun, meski diperbolehkan mengangkut penumpang.
Ketua Presidium Garda Igun Wicaksono mengatakan, pendapatan pengemudi rerata anjlok 30-40% saat pekan pertama PSBB Jakarta. Namun mulai ada kenaikan sekitar 5-10% pada minggu ini.
Ia menduga bahwa penurunan permintaan layanan pada pekan awal PSBB, karena banyak masyarakat yang tak mengetahui ojek online diizinkan beroperasi. “Ada penurunan pendapatan walaupun tidak signifikan seperti PSBB jilid pertama,” kata Igun kepada Katadata.co.id, Selasa malam (22/9).
Secara rinci, ia menyebutkan bahwa permintaan layanan pengantaran penumpang turun sekitar 50%. Sedangkan pengiriman barang turun 20-30% dan pesan-antar makanan 10% saat penerapan PSBB di ibu kota.
Layanan berbagi tumpangan berkontribusi sekitar setengah dari total pendapatan pengemudi ojek online. Sedangkan pesan-antar makanan 30%, pengiriman barang 15%, dan lainnya 5%.
Katadata.co.id sudah menghubungi Gojek dan Grab terkait dampak PSBB Jakarta terhadap pendapatan mitra pengemudi. Namun belum ada tanggapan hingga berita ini dirilis.
Peneliti dari Pusat Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada (Pustral UGM) Arif Wismadi mengatakan, PSBB menekan volume mobilitas 10% hingga 80% di ibu kota. “Permintaan layanan transportasi online akan turun," katanya kepada Katadata.co.id.
Hal senada disampaikan oleh Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda. Ia menilai, konsumen mengurangi frekuensi penggunaan transportasi online saat PSBB dari sekitar tujuh kali sehari menjadi maksimal tiga kali.
“Banyak yang tidak menggunakan transportasi daring sama sekali selama PSBB," kata Nailul kepada Katadata.co.id. Pendapatan pengemudi pun diperkirakan anjlok hingga 90%.
Meski begitu, permintaan layanan pesan-antar makanan bisa meningkat hingga 50%. "Pengemudi transportasi online yang pintar bisa mengalihkan fokus ke layanan jasa antar makanan," katanya.
Selama pandemi Covid-19, layanan berbagai tumpangan (ride-hailing) baik taksi maupun ojek online memang terpukul. Riset dari Flourish Ventures pada bulan ini menunjukan, pendapatan pekerja lepas atau gig worker di Indonesia menurun 65%.
Gig worker seperti pengemudi taksi dan ojek online pun menerapkan beberapa langkah untuk meminimalkan dampak pandemi corona. Sebanyak 66% responden memangkas biaya konsumsi, 61% mencari penghasilan tambahan, 44% meminjam uang, dan 43% menjual aset.
Data itu berdasarkan survei online terhadap 586 gig worker pada Juni dan Juli lalu. Sebanyak 221 di antaranya pengemudi ojek online, 191 penyedia layanan membersihkan rumah, tenaga kecantikan, dan pijat. Lalu 109 lainnya penjual online dan 65 pekerja pengiriman barang.