Ekonomi Digital Bersiap Lari Kencang Usai Pandemi

Yuliawati
Oleh Yuliawati
29 Desember 2020, 10:00
digital, pendidikan, ecommerce, outlook 2021, agritech, bank, fintech
Aleksandr Khakimullin/123rf

Salah satu pendorong kolaborasi antara fintech dan bank karena hingga kini Indonesia tak memiliki aturan terkait bank digital, berbeda dengan Malaysia dan Singapura. Perbankan yang merambah layanan digital baru mengacu pada Peraturan OJK Nomor 12 Tahun 2018.

Dalam regulasi tersebut, definisi perbankan digital yakni layanan yang dikembangkan dengan mengoptimalkan pemanfaatan data nasabah dalam rangka melayani konsumen secara lebih cepat, mudah, dan sesuai dengan kebutuhan.

OJK pun tengah mengkaji aturan bank digital, yang definisinya sama dengan Singapura. “Indonesia akan menuju ke sana,” ujar Deputi Komisioner Institute dan Keuangan Digital OJK Sukarela Batunanggar, pada Oktober tahun lalu.

Ekonom Senior Indef Aviliani menilai ketiadaan aturan ini membuat bank di Indonesia belum siap sepenuhnya menjadi neobank pada 2021. Digitalisasi perbankan di Nusantara baru sebatas memperluas layanan berbasis internet.

Saat ini, perbankan juga masih membuka banyak cabang. “Ini tidak mungkin dihilangkan begitu saja,” ujar Aviliani, pertengahan Desember lalu.

Untuk mengimbangi perkembangan di Singapura dan Malaysia, menurutnya, bank akan masif menggandeng startup fintech pada tahun depan. “Bank butuh (sarana untuk) menjangkau ke segmen yang belum terjangkau selama ini,” ujarnya.

Potensi Startup Pendidikan hingga Agritech

Selama masa pandemi sejumlah perusahaan rintisan atau startup di bidang pendidikan, kesehatan, dan agritech tumbuh pesat. Di 2021, ketiga jenis layanan ini diramal terus berjaya.

Managing Partner Jungle Ventures David Gowdey menyebutkan, adopsi penggunaan startup pendidikan dan kesehatan akan berlanjut setelah Covid-19 berakhir.  Pada tahap awal pandemi, tingkat kepercayaan terhadap layanan online pendidikan memang rendah. “Namun seiring dengan kebiasaan dan proses pembelian online, tingkat kepercayaan terhadap layanan tersebut akan semakin tinggi,” ujar Gowdey.

SIMULASI PEMBUKAAN TK DENGAN PROTOKOL KESEHATAN
SIMULASI PEMBUKAAN TK DENGAN PROTOKOL KESEHATAN (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.)
 





Sejak pemerintah mengimbau para siswa belajar dari rumah guna menekan penularan virus corona, pengguna aplikasi pendidikan melonjak. Berdasarkan riset Google, Temasek, dan Bain and Company, aplikasi pendidikan di Asia Tenggara diunduh 20 juta kali sepanjang Januari-Agustus. Jumlahnya melonjak dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya enam juta.

Starup pendidikan Zenius mencatat bahwa pengguna meningkat 12 kali secara tahunan menjadi 15,7 juta lebih per kuartal kedua. Sedangkan Ruangguru memiliki lebih dari 17 juta pengguna terdaftar atau naik dua juta lebih sejak awal tahun. Lalu, AyoBlajar menjangkau 13 ribu pelajar dan 23 sekolah.

Rencana pemerintah pada awal tahun depan untuk memberi peluang membuka aktivitas pendidikan diperkirakan tak menyusutkan pengunjung. Founder dan CEO Kelas Pintar Fernando Uffie mengatakan, pandemi corona membuat percepatan sehingga teknologi hadir dalam dunia pendidikan. Apalagi sejak awal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan semua operator untuk menyediakan paket data.

Kelas Pintar pun merasakan pertumbuhan besar selama masa pandemi. Jumlah penggunanya menjadi lebih dari 700 ribu. Fernando mengambil pelajaran bahwa perusahaan teknologi yang paling mampu beradaptasi terhadap perubahan yang akan memenangkan kompetisi digital.

Sehingga Fernando mengatakan tantangan bisnis setahun ke depan bagaimana semakin dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Untuk itu, Kelas Pintar selalu mempelajari kebiasaan atau tingkah laku para penggunanya. “Teknologi akan memberikan banyak informasi, bagaimana progres dan perkembangan dan respons dari market,” kata dia.

Tahun depan, ia menargetkan dapat membidik 4 – 5 kabupaten maupun kota madya, dengan menyasar lebih banyak sekolah swasta. “Kami pun akan meningkatkan pelayanan,” ujar Fernando.

Laporan Google, Temasek, dan Bain and Company pun menunjukkan penggunaan layanan kesehatan digital meningkat empat kali dibandingkan sebelum ada Covid-19. Transaksi startup kesehatan seperti Halodoc dan Good Doctor melonjak saat pandemi corona.

CEO Halodoc Jonathan Sudharta sempat menyampaikan, layanan konsultasi meningkat 700 % selama pandemi. Sementara pendapatan meningkat 20 kali saat penerapan kebiasaan baru dibandingkan Maret.

Pemain lainnya, Good Doctor, juga mencatat permintaan konsultasi mencapai 10 ribu dalam sehari. Penggunaan layanan melonjak delapan hingga 10 kali sejak Maret. “Permintaan sempat menurun pada Juli, tetapi meningkat lagi,” kata Managing Director Good Doctor Technology Indonesia Danu Wicaksana pada September lalu.

Startup teknologi pertanian atau agroteknologi (agritech) tahun depan berpotensi meningkat seiring langkah pemerintah menyiapkan Rp 99 triliun untuk program ketahanan pangan. Anggaran besar diberikan karena pandemi yang berkepanjangan dapat menyebabkan krisis pangan, terutama jika terjadi gangguan pada rantai pasokan dan logistik.

Kondisi ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi startup agritech dan perikanan (aquaculture). Rerata startup yang merambah sektor ini masuk kategori teknologi finansial pembiayaan seperti TaniFund dan Crowde maupun e-commerce seperti TaniHub dan Aruna. Sedangkan yang mengembangkan teknologi yakni eFishery, Jala Tech, dan Hara.

efishery
Efishery (instagram/@efishery)
 






Pada November lalu, Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir mengungkapkan dua tren di sektor agritech. Pertama, banyaknya lulusan universitas terbaik di luar negeri yang masuk ke bidang ini.

Kedua, adopsi teknologi di sektor perikanan Indonesia mulai masif. “Suatu hari nanti, Anda akan tahu ikan yang disantap saat makan malam berasal dari nelayan mana,” kata Pandu dalam webinar Regional Summit yang diadakan Katadata bertajuk 'Strategi Mempercepat Pemulihan Ekonomi dari Krisis'.

Direktur Investasi BRI Ventures William Gozali pun menilai bahwa startup di bidang penyediaan bahan pokok berpeluang tumbuh pesat tahun depan. “Efek pandemi, startup yang mendorong rantai pasok, prospeknya masih sangat bagus,” kata dia.

Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia pun menilai perusahaan rintisan yang bergerak di bidang agritech memiliki prospek menjanjikan. Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mencatat saat ini masih banyak pemain agrobisnis cenderung bergelut di industri hilir. Padahal, tantangan dari startup teknologi pertanian yakni mengamankan keberlanjutan dari penawaran dan permintaan termasuk dari segi kualitas dan kuantitas.

Hal senada diungkapkan Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani. Dia mengatakan dalam memutuskan berinvestasi investor biasanya mengkaji tiga hal yakni kualitas, konsistensi, dan scalability layanan. “Kalau ada teknologi yang mendukung ketiga ini akan dicari investor,” kata Edward kepada Katadata.co.id, Selasa (15/12).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...