Investor Ritel Menanti IPO Empat Startup Jawara Asia Tenggara

Fahmi Ahmad Burhan
3 Maret 2021, 16:57
IPO, Gojek, Grab, Tokopedia, Traveloka
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Karyawan memegang kacamata miliknya saat mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Kamis (11/2/2021). Jelang libur Imlek 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,33 persen atau 20,69 poin menjadi 6.222,52.

Begitu juga dengan Tokopedia. "Kami tidak dapat menanggapi spekulasi yang ada di pasar," kata VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak.

Sumber Bloomberg lainnya mengatakan, investor Gojek kabarnya akan memiliki sekitar 60% saham dari entitas gabungan. Sedangkan investor Tokopedia memegang 40%. Struktur entitas gabungan itu memungkinkan Gojek dan Tokopedia mempertahankan merek masing-masing.

Entitas gabungan juga diperkirakan akan menghasilkan valuasi yang cukup besar. "Entitas gabungan dari hasil merger ini kemudian ditargetkan menghasilkan valuasi US$ 35 miliar hingga US$ 40 miliar," kata sumber Bloomberg pada Februari lalu (10/2).

Sedangkan, riset CLSA bertajuk "Indonesian Tech Sector Outlook" menunjukkan bahwa nilai valuasi itu akan menjadikan entitas gabungan Tokopedia dan Gojek memiliki kapitalisasi pasar terbesar ketiga di Tanah Air.

Valuasi entitas gabungan itu hampir sama dengan kapitalisasi pasar bank pelat merah, BRI yang mencapai US$ 41 miliar. Sedangkan, kapitalisasi pasar terbesar di bursa saham Indonesia masih diraih oleh BCA sebesar US$ 59,9 miliar.

IPO Lewat SPAC

Selain Tokopedia, Traveloka juga menargetkan IPO tahun ini. Startup penyedia layanan wisata atau online travel agent (OTA) ini mengkaji IPO lewat SPAC. "SPAC merupakan salah satu opsi yang dievaluasi, karena kami telah didekati oleh beberapa orang," kata Presiden Traveloka Henry Hendrawan dalam pernyataan resmi dikutip dari Reuters, Senin (21/12).

CEO Traveloka Ferry Unardi ingin perusahaan cepat berkembang. Oleh karena itu, unicorn tersebut mengkaji IPO tahun ini."Jika dapat melakukannya lebih cepat, kami kemudian dapat berfokus pada eksekusi dan mengembangkan perusahaan," kata Ferry dalam sesi wawancara dengan jurnalis Bloomberg, dikutip Selasa (16/2).

Pada tahap awal, Traveloka akan IPO di Wall Street, AS. Namun, Ferry tidak memerinci bursa saham AS yang akan dipilih yakni New York Stock Exchange (NYSE) atau Nasdaq.

Traveloka juga sudah menggaet JPMorgan Chase & Co untuk proses IPO. Setelah AS, unicorn itu mengkaji penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sejauh ini, ada beberapa startup yang sudah melantai di bursa saham. Mereka di antaranya Surge Digital Ecosystem, Cashlez, Yelooo Integra Datanet, Tourindo Guide Indonesia, M Cash Integrasi, Digital Mediatama Maxima, Distribusi Voucher Nusantara, Kioson Komersial Indonesia, NFC Indonesia, dan Telefast Indonesia.

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna mengatakan, sejak tahun lalu pihaknya di banyak kesempatan sering diskusi dengan para pendiri startup terkait IPO maupun investor seperti private equity dan modal ventura.

BEI pun menyiapkan perubahan peraturan pencatatan nomor I-A. Nantinya, ada beberapa alternatif persyaratan pencatatan, sehingga dapat mengakomodasi berbagai karakteristik perusahaan, termasuk startup, yang mencatatkan saham di BEI.

Otoritas bursa sudah mendiskusikan rancangan peraturan tersebut dengan para stakeholder, termasuk pendiri startup dan modal ventura, pada bulan lalu. “Dari hasil diskusi, kami optimistis bahwa perusahaan-perusahaan teknologi dapat segera IPO,” ujar Nyoman kepada wartawan, Januari lalu (7/1). “Kami berharap aturan ini segera rampung.”

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...