Apple Kaji Relokasi Pabrik di Tiongkok, Salah Satu Opsinya Indonesia
Apple berencana mengalihkan 15 hingga 30% kapasitas produksinya dari pabrik di Tiongkok ke negara lain di Asia Tenggara. Produsen ponsel Amerika Serikat (AS) ini pun meminta para pemasoknya untuk mengkaji dampak dari rencana tersebut.
Rencana pemindahan kapasitas produksi tersebut, menurut sumber Nikkei, dipicu oleh perang dagang antara AS dan Tiongkok. Selain itu, ada beberapa faktor yang mendorong Apple untuk menempuh kebijakan tersebut seperti biaya tenaga kerja yang tinggi dan adanya risiko jika memusatkan produksi di satu negara.
Karena itu, Apple mempertimbangkan untuk mengalihkan kapasitas produksinya ke negara lain. “Dengan atau tanpa kebijakan (sanksi) tarif tambahan atas produk Tiongkok senilai US$ 300 miliar, Apple mengikuti tren (untuk melakukan diversifikasi produksi)," kata salah satu pejabat Apple yang mengetahui rencana ini, seperti dikutip dari Nikkei, kemarin (19/6).
Negara yang dipertimbangkan untuk diversifikasi, menurut sumber Nikkei di antaranya Meksiko, India, Vietnam, Indonesia dan Malaysia. Ia menyampaikan, India dan Vietnam merupakan negara favorit untuk diversifikasi ponsel pintar (smartphone).
(Baca: Imbas Perang Dagang, LG dan Sharp Relokasi Pabrik ke Indonesia)
Para analis pun menilai langkah Apple tersebut sangat logis dan perlu dilakukan. Seorang analis di GF Securities Jeff Pu mengatakan, kebijakan AS mengenakan tarif 25% atas semua perangkat teknologi seperti ponsel, laptop, dan tablet dari Tiongkok berpengaruh terhadap rantai pasok Apple.
Karena itu, Apple harus mengambil tindakan untuk mengatasi dampak tersebut. "Semua orang perlu memulai rencana B (dari kebijakan Trump tersebut) dan melihat lebih jauh bahwa adanya potensi produksi di luar Tiongkok,” katanya. Apalagi, ia memperkirakan sekitar 37% iPhone dikirim ke Amerika Utara setiap tahun.
Rencana tersebut sudah dikaji Apple sejak akhir tahun lalu. Apple membentuk tim studi untuk mengkaji pemindahan kapasitas dari Tiongkok. Tim juga bernegosiasi dengan beberapa negara terkait insentif keuangan yang mungkin diberikan.
(Baca: Negosiasi Dagang, Trump dan Xi Jinping Sepakat Bertemu di Jepang)
Pemasok yang diminta untuk mengkaji dampak pemindahan tersebut di antaranya Foxconn, Pegatron, Wistron, pembuat MacBook Quanta Computer, serta perakit iPad Compal Electronics. Pembuat AirPods Inventec, Luxshare-ICT dan Goertek juga diminta untuk mengkaji.
Foxconn menyampaikan komitmennya untuk membantu perusahaan AS tersebut mengalihkan kapasitas produksinya dari Tiongkok. Pemasok lainnya, yakni Catcher Technology juga sepakat dengan kebijakan tersebut. Namun, beberapa pemasok mengatakan bahwa mereka perlu mencari pelanggan baru jika mengalihkan produksi ke negara lain.
Adapun Tiongkok telah menjadi basis produksi Apple selama dua dekade terakhir. Lebih dari 90% produk Apple dirakit di Tiongkok. Tahun lalu, jumlah pemasok yang berbasis di Tiongkok dan Hong Kong melampaui yang ada di AS dan Jepang untuk pertama kalinya. Jumlahnya mencapai 41 dari 200 pemasok di dunia.
Ada sekitar lima juta pekerja Apple di Tiongkok, 1,8 juta, di antaranya merakit perangkat lunak (software) dan mengembangkan aplikasi iOS. Selain itu, Apple telah mempekerjakan 10 ribu staf di Negeri Tirai Bambu.