Taliban Diduga Kuasai Data Biometrik Warga Afganistan, Ini Bahayanya
Ia juga mengungkapkan, kerugian negara dan masyarakat akan besar jika data itu bocor.
Spesialis Keamanan Teknologi Vaksincom Alfons Tanujaya sepakat bahwa suatu negara perlu menjaga data biometrik dengan cara mengenkripsi sebelum disimpan. "Alhasil, jika terjadi kebocoran, data tersebut tidak bisa digunakan," ujarnya.
Penasihat senior kelompok aktivis Human Rights First Brian Dooley mengatakan, data biometrik warga Afganistan yang dikuasai oleh Taliban bisa digunakan untuk mengancam penentang.
Dikutip dari BBC Internasional, dokumen PBB menunjukkan bahwa Taliban mengintensifkan perburuan para penentang yang teridentifikasi berbasis data biometrik.
Selain data biometrik, Human Rights First khawatir Taliban akan mengidentifikasi warga penentang lewat platform online. Taliban dianggap bisa melacak histori digital atau koneksi sosial warga Afganistan melalui platform seperti Facebook, LinkedIn, atau Twitter.
Amnesty International juga mengatakan, ribuan warga Afganistan, termasuk akademisi, jurnalis dan pembela hak asasi manusia, berada pada risiko serius karena Taliban.