Menyelami Cyber Security: "Kami Cepat-cepatan dengan Orang Jahat"

Amelia Yesidora
19 September 2022, 07:00
Menyelami Cyber Security: "Kami Cepat-cepatan dengan Orang Jahat"
SecurityMadeSimple.org
Ilustrasi hacker

Sistem ini pun dapat menghubungkan data yang datang, sehingga diperoleh informasi asal data tersebut sebelum masuk ke komputer. Hal ini tentu memudahkan penggunanya, terlebih di perusahaan yang memiliki ribuan komputer dan banyak data.

Bagaimana Prospek Pekerjaan Cyber Security?

Sebelum bekerja di perusahaan sekarang, lelaki 24 tahun itu memulai kariernya di sebuah bank swasta besar Tanah Air. Ia mengemban tanggung jawab yang sama yakni menjaga keamanan siber di bank tersebut, termasuk keamanan data nasabah. 

Setelah membandingkan lapangan kerja di Tanah Air dan luar negeri, Farel berkesimpulan bahwa pekerjaan ini sedang banyak dibutuhkan oleh perusahaan, termasuk dari pemerintah Indonesia. Tenaga perekrut menawarkan angka yang bervariasi untuk level pekerja pemula, lantaran ilmu untuk pekerjaan ini pun masih tergolong baru dan persaingannya cukup tinggi.

Menurut Farel, kebanyakan perusahaan menawarkan gaji di angka Rp 7 juta per bulan, sedangkan startup bisa menawarkan lebih tinggi, yaitu di rentang Rp 8 juta hingga Rp 10 juta. “Dilemanya, kalau kerja di perusahaan yang sudah settle, jenjang karier aman dan fasilitas pun ada. Kayak asuransi, lebih mudah cicilan motor, rumah, dan mobil,” ceritanya. 

Menekuni pekerjaan ini selama tiga tahun di Indonesia, Farel bercerita ada peningkatan yang signifikan dari sisi upah kerjanya. Ia menilai pekerjaan ini cukup menjanjikan lantaran ada peningkatan hampir 100 %.

Nilai ini belum termasuk bonus yang diberikan atas performa kerjanya, yang bisa bernilai lima kali dari gaji bulanannya. “Kalau dihitung gaji, bonus, THR, tunjangan akhir tahun, rata-rata bisa dapat di atas 20 juta per bulan,” kata Farel.

Meski pekerjaan ini menawarkan keuntungan yang terbilang tinggi dibandingkan pekerjaan lainnya, Farel dan teman-temannya cenderung kurang tertarik untuk bekerja di lembaga pemerintahan. Birokrasi pemerintah yang tidak sefleksibel korporasi ataupun startup menjadi alasan utamanya.

Hal ini menjadi perhatian besar lantaran ilmu yang digunakan para pekerjanya berkembang dengan cepat. Bahkan, dalam penuturan Farel, kelemahan baru dalam satu sistem bisa muncul dalam waktu satu atau dua bulan saja.

Alasan birokrasi ini juga yang membuatnya hijrah ke negara Singapura. Ia merasa pergerakannya di bank pun tidak sefleksibel kantor barunya. Selama bekerja di Singapura, ia bertemu dengan orang-orang yang memiliki visi sama dan kultur kerja yang lebih menarik. Perbedaan kultur kerja ini juga yang menjadi alasan Farel hengkang dari kantor lamanya.

Tidak hanya Farel, teman-teman satu jurusannya pun banyak yang kemudian mencari peruntungan di negara lain. Apalagi gaji di sana terus bertambah. "Kalau saya sendiri hitung per tahun ada sekitar 350 %. Memang biaya hidup di sini lebih mahal, tapi saya bisa menabung sebanyak jumlah gaji saya di Indonesia dulu,” tutur Farel.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...