Media Asing Soroti Raksasa Teknologi Investasi di Malaysia Daripada RI

Desy Setyowati
19 Juni 2024, 16:49
microsoft, apple, malaysia, Google
LinkedIn
Kantor Google
Button AI Summarize

Media asing menyoroti Malaysia yang menjadi negara baru tujuan investasi raksasa teknologi Amerika dan Cina. Investasi para big tech tercatat lebih besar di Malaysia ketimbang Indonesia.

Induk TikTok, ByteDance, Microsoft, Apple, Google, Nvidia hingga Microsoft mengumumkan investasi langsung berupa pabrik, infrastruktur, maupun pusat distribusi di Malaysia.

Microsoft dan Apple berinvestasi di bidang pelatihan sumber daya manusia atau SDM di Indonesia. Lalu, ByteDance hanya mengumumkan investasi di Malaysia yakni terkait infrastruktur kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).

Direktur Pelaksana APAC di perusahaan intelijen pusat data DC Byte James Murphy menyebutkan, sebagian besar investasi raksasa teknologi menyasar Johor Bahru, Malaysia yang terletak di perbatasan dengan Singapura.

“Dalam beberapa tahun, Johor Bahru akan menyalip Singapura menjadi pasar terbesar di Asia Tenggara dari nol pada dua tahun lalu,” ujar Murphy dikutip dari CNBC Internasional, Senin (17/6).

Johor Bahru dinobatkan sebagai pasar dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara dalam Indeks Pusat Data Global 2024 DC Byte.

Laporan tersebut menyebutkan, Johor Bahru memiliki total pasokan pusat data 1,6 gigawatt. Ini termasuk proyek yang sedang dibangun dan komitmen atau dalam tahap awal perencanaan.

Jika seluruh kapasitas yang direncanakan mulai beroperasi di Asia, maka Malaysia akan mengalahkan Indonesia maupun Singapura yang saat ini memimpin dalam hal kapasitas pusat data aktif.

Malaysia hanya hanya akan kalah dari Jepang dan India di Asia. Akan tetapi, Indeks Pusat Data Global 2024 DC Byte tidak memerinci kapasitas pusat data di Cina.

Selain CNBC Internasional, media asing seperti The Star, Bloomberg, The Straits Times, Nikkei Asia, Reuters hingga South China Morning Post menyoroti masifnya investasi raksasa teknologi ke Asia Tenggara, terutama Malaysia.

Reuters bahkan menyebut Malaysia sebagai pendorong utama evolusi teknologi. Menurut media asing yang berbasis di Kanada ini, Malaysia memiliki lokasi geografis yang menguntungkan bagi dunia usaha, sumber daya alam yang berlimpah, dan tenaga kerja yang terampil.

Kini, kemauan untuk memanfaatkan peluang dalam ruang digital yang berkembang pesat dan dukungan pemerintah yang melimpah, telah mengubah Malaysia menjadi kekuatan regional.

Pemerintah Malaysia meluncurkan Cetak Biru Ekonomi Digital pada 2021. Negeri jiran ini juga membentuk Kantor Investasi Digital yang bertugas memperlancar jalan bagi lebih banyak investasi di ekonomi digital.

Tujuan Kantor Investasi Digital yakni untuk menarik investasi digital US$ 16,1 miliar pada 2025, agar sektor ini berkontribusi lebih dari 22,5% terhadap produk domestik bruto alias PDB.

Evolusi digital Malaysia mencakup segala hal mulai dari robotika, AI, IoT atau internet of things, teknologi cloud, blockchain, dan keamanan siber. Reuters menyebut, satu bidang yang benar-benar unggul di Malaysia yakni pusat data skala besar.

Bridge Data Centers yang berkantor pusat di Singapura, membuka pusat data pertama di Sedenak, Johor, pada 20 Oktober 2022. Ketika selesai, pusat data hyperscale MY06 akan memiliki kapasitas 110MW dan menggarisbawahi komitmen perusahaan terhadap Malaysia.

“Kami sangat senang telah memulai perjalanan ekspansi ini di Malaysia, yang menyaksikan percepatan permintaan akan penyedia pusat data yang scalable dan berkualitas tinggi karena transformasi digital dan adopsi cloud di seluruh negeri,” kata Presiden BDC Lim DZ Shing.

Keuntungan dari perluasan fasilitas di Malaysia sangat banyak dan beragam, mulai dari lokasi yang beragam, jaringan fiber yang kuat, konektivitas telekomunikasi yang canggih dengan banyak operator, penetrasi Internet nasional yang tinggi, serta akses yang siap terhadap listrik dan persediaan air.

Pemerintah Malaysia juga berperan dalam mempercepat pembangunan pusat data Bridge Data Centers yakni 314 hari. “Visi pemerintah Malaysia terhadap ekonomi digital telah memainkan peran yang sangat penting dalam keputusan kami berinvestasi,” kata Presiden Bridge Data Centers Shing.

“Meningkatnya adopsi perangkat pintar, serta permintaan teknologi IoT dan analisis big data telah menarik penyedia layanan cloud global ke Malaysia dan menghasilkan peluang bisnis untuk Bridge Data Centers,” Shing menambahkan.

Perusahaan analis pasar Arizton memperkirakan, nilai pusat data Malaysia US$ 1,06 miliar pada 2021 dan menjadi US$ 1,57 miliar pada 2027.

Menurut Arizton, kunci dari perkembangan bisnis pusat data di Malaysia yakni dukungan dari pemerintah, termasuk lewat Otoritas Pengembangan Investasi Malaysia (MIDA). “Kemampuan untuk memanfaatkan peluang yang muncul dari teknologi inovatif dan model bisnis memainkan peran penting dalam mendorong mesin baru pertumbuhan ekonomi negara,” kata CEO MIDA Datuk Wira Arham Abdul Rahman.

Dia menilai, Malaysia memiliki reputasi sebagai ‘bintang baru’ di sektor pusat data global. MIDA akan terus mengintensifkan upaya untuk menarik investasi digital berkualitas sekaligus menciptakan lebih banyak nilai dan peluang pertumbuhan menggunakan data dan teknologi berbasis cloud.

Dari investasi asing langsung alias FDI di Malaysia US$ 28 miliar selama Januari – September 2022, sebagian besar di bidang digital. Perusahaan dan investor ingin memanfaatkan momentum yang telah mereka hasilkan untuk membentuk sektor digital yang semakin dinamis di negara ini.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...