Kenaikan Emisi Karbon RI Tertinggi di Dunia, Ini 3 Sektor Penyebabnya

Tia Dwitiani Komalasari
5 Desember 2023, 08:58
Foto udara kondisi alih fungsi lahan yang ditanami jagung milik Pemerintah Desa setempat di Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (8/11/2023). Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat mencatat lahan kritis di Jawa Barat seluas 911.192 hektare dian
ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/aww.
Foto udara kondisi alih fungsi lahan yang ditanami jagung milik Pemerintah Desa setempat di Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (8/11/2023). Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat mencatat lahan kritis di Jawa Barat seluas 911.192 hektare diantaranya lahan milik warga dan kawasan hutan, dengan laju kerusakan hutan seluas 23.341 - 33.951 hektare per tahun.

Laporan Global Carbon Budget disusun oleh lebih dari 120 ilmuwan internasional dan telah ditinjau oleh rekan sejawat (peer-reviewed). Para ilmuwan menyatakan bahwa tindakan global untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil tidak berjalan dengan cepat dan cukup untuk mencegah perubahan iklim yang berbahaya.

Tanpa upaya untuk mengurangi emisi, ada 50% kemungkinan bahwa kenaikan suhu 1,5ºC di atas pra-industrialisasi akan ditembus dalam jangka waktu tujuh tahun, beberapa tahun lebih cepat dari proyeksi pada Laporan IPCC.

Profesor Pierre Friedlingstein dari Global Systems Institute, Universitas Exeter, yang memimpin penelitian ini, menyatakan, dampak perubahan iklim sudah jelas terlihat di sekeliling kita.

"Namun, tindakan untuk mengurangi emisi karbon dari bahan bakar fosil masih berjalan sangat lambat," ujarnya dalam laporan tersebut, dikutip Selasa (5/12).

Professor Corinne Le Quéré, Profesor Riset Royal Society di Sekolah Ilmu Lingkungan Uni Emirat Arab mengatakan, emisi global pada tingkat saat ini dengan cepat meningkatkan konsentrasi CO2 di atmosfer kita.Hal ini menyebabkan perubahan iklim tambahan dan dampak yang semakin serius dan meningkat.

“Semua negara perlu melakukan dekarbonisasi ekonomi mereka dengan lebih cepat dari yang sedang dilakukan saat ini untuk menghindari dampak-dampak terburuk dari perubahan iklim,” ujarnya.

Menurut data Climate Watch, pada 2020 Indonesia menghasilkan emisi gas rumah kaca sekitar 1,48 miliar ton/gigaton ekuivalen karbon dioksida (Gt CO2e). Angka itu setara dengan 3,1% dari emisi gas rumah kaca global, yang total volumenya mencapai 47,5 Gt CO2e.

 Kendati angka persentasenya kecil, emisi gas rumah kaca Indonesia pada 2020 merupakan yang terbesar ke-6 di dunia, setelah Tiongkok, Amerika Serikat, India, Uni Eropa, dan Rusia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...