PBB Ingatkan Limbah Elektronik Bisa Timbulkan Bencana Lingkungan
Para ahli PBB mengungkapkan banyaknya sampah elektronik ini karena beberapa faktor-faktor, termasuk konsumsi yang lebih tinggi. Selain itu, limbah elektronik bertambah akibat kurangnya opsi perbaikan.
Hal ini membuat siklus hidup yang lebih pendek untuk elektronik dan infrastruktur yang tidak memadai untuk mengelola limbah elektronik.
Peralihan dari bahan bakar fosil ke bentuk energi yang lebih ramah lingkungan juga akan menghadirkan tantangan untuk limbah elektroknik. Baldé mencatat bahwa bahkan barang-barang yang dirancang untuk mengurangi konsumsi energi, seperti panel surya, telah berkontribusi pada limbah elektronik.
“Pada 2022, sekitar 600.000 metrik ton panel fotovoltaik diperkirakan telah dibuang,” kata Baldé.
Sementara itu, Direktur Biro Pengembangan Telekomunikasi di International Telecommunication Union (ITU) PBB Cosmas Luckyson Zavazava mengatakan produsen seharusnya memiliki tanggung jawab dalam hal standarisasi untuk produknya. Para produsen harus memastikan bahwa mereka tidak mempersingkat konsumen.
“Alhasil, produk yang mereka hasilkan seharusnya tidak memiliki siklus hidup yang pendek," kata Luckyson.
Luckyson berharap para produsen harus membayangkan dirinya sebagai warga negara yang baik. Dengan begitu, mereka dapat menciptakan produk yang lebih ramah lingkungan.