Es di Pegunungan Jayawijaya Papua Diperkirakan Segera Habis

Tia Dwitiani Komalasari
5 Desember 2024, 15:28
Staf Bidang Standardisasi Instrumen Meteorologi BMKG Wido Hanggoro dan Environmental PT. Freeport Indonesia Yohanes Kaize melakukan pengukuran ketebalan gletser di Pegunungan Jayawijaya, Papua Tengah.
ANTARA/HO-BMKG
Staf Bidang Standardisasi Instrumen Meteorologi BMKG Wido Hanggoro dan Environmental PT. Freeport Indonesia Yohanes Kaize melakukan pengukuran ketebalan gletser di Pegunungan Jayawijaya, Papua Tengah.

Ringkasan

  • Permintaan sewa iPhone meningkat menjelang Lebaran, terutama seri iPhone 13. iPhone 13 diminati karena harganya relatif terjangkau dengan spesifikasi yang mumpuni.
  • Durasi sewa iPhone bervariasi, mulai dari satu hingga tiga hari, dengan tarif sewa mulai dari Rp100 ribu hingga Rp600 ribu per hari, tergantung seri. Tarif sewa iPhone 13 dibanderol Rp225 ribu per hari.
  • Penyewa diwajibkan memberikan jaminan dokumen penting seperti KTP atau Paspor. iCloud iPhone sewa tetap menggunakan milik toko untuk keamanan dan pelacakan.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kepala Pusat Riset Iklim dan Atmosfer dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Albertus Sulaiman, menyebutkan bahwa es yang mencair di Pegunungan Jayawijaya, Papua Tengah tidak bisa kembali lagi seperti semula. Es di puncak gunung tersebut bahkan diperkirakan segera habis.

"Pemanasan global yang meningkat memicu El Nino menjadi lebih intens, sehingga diperkirakan es di puncak Jayawijaya akan segera habis," ujarnya  di Jakarta, Kamis (5/12).

 Hal itu menanggapi laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan ketebalan es di Pegunungan Jayawijaya terus menyusut hingga tersisa hanya setebal empat meter. 

"Apakah salju ini akan kembali? Itu bisa terjadi jika suhu global bumi menurun, tetapi es yang tercipta tidak akan sama lagi, karena alam bersifat irreversible (tidak dapat kembali)," katanya di Jakarta, Kamis (5/12).

Menurut dia, peristiwa mencairnya es di Jayawijaya disebabkan oleh perkembangan perekonomian yang meningkat di negara tropis. Hal ini berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan energi, sehingga pemanasan atmosfer semakin meningkat karena emisi gas rumah kaca.

Ia mengatakan emisi gas rumah kaca di antaranya diakibatkan oleh sumber energi seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), serta perubahan lahan dari hutan menjadi pertanian atau perkebunan. Oleh karena itu, Albertus mengatakan umat manusia saat ini harus bisa menahan laju peningkatan dengan mengubah energi fosil menjadi energi terbarukan seperti air dan panas bumi, juga mengefektifkan lahan pertanian dan perkebunan.

BRIN juga telah melakukan berbagai riset lanjutan dalam hal energi terbarukan, carbon capture, pertanian berkelanjutan, hingga monitoring emisi karbon akibat dekomposisi gambut dalam rangka mendukung program pemerintah terkait Net Zero Emission.

"Jargon yang dapat kita promosikan di mana masyarakat dapat berpartisipasi adalah life with nature (hidup dengan alam) di mana alam kita perlakukan sebagai subjek bukan lagi sebagai objek," kata Albertus Sulaiman.

Sebelumnya, Koordinator Bidang Standardisasi Instrumen Klimatologi BMKG, Donaldi Sukma Permana, mengatakan  ketebalan es yang diperkirakan hanya tinggal empat meter itu didapatkan berdasarkan pengukuran terhadap tongkat/stake ukur yang ditanam di Puncak Sudirman Pegunungan Jayawijaya.

"Terakhir ada 14 stake yang sudah tersingkap artinya ketebalan gletser diperkirakan tinggal empat meter," ujarnya.

Ketebalan es tersebut sudah menyusut signifikan dibandingkan hasil pengukuran BMKG sebelumnya yaitu 32 meter pada 2010, dan 5,6 meter pada medio November 2015-Mei 2016.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...