Pemerintah akan Genjot 50% Pasokan Listrik Merauke Bersumber dari EBT
Kementerian ESDM berencana menggenjot kapasitas pembangkit listrik ramah lingkungan berbasis biomassa di Kabupaten Merauke, Papua. Saat ini pasokan listrik energi baru terbarukan (EBT) di Merauke berkapasitas 3,5 megawatt (MW), yang akan ditingkatkan menjadi 10 (MW).
Pasokan listrik tersebut dipasok oleh PT Merauke Narada Energi milik PT Medco Energi sebagai Pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) di Wapeko, Kabupaten Merauke.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa ada potensi 50% pasokan listrik Merauke berasal dari EBT.
"Masih ada potensi 50 MW, sudah kami alokasikan untuk ditingkatkan menjadi 10 MW. Kami melihat nanti Merauke 50% listriknya bisa berbasis EBT," kata Dadan dalam keterangan tertulis, Jumat (13/8).
Menurut Dadan, pembangkit listrik biomassa yang dikembangkan Medco dengan memanfaatkan sumber daya setempat sudah sangat tepat untuk Papua, dan seharusnya dapat dikembangkan di wilayah lain yang kondisinya serupa dengan Papua.
Pengembangan pembangkit listrik biomassa ini tidak akan bisa berhasil jika tidak melibatkan masyarakat setempat.
"Salah satu jenis EBT yang memang paling pas untuk dikembangkan yang berbasis masyarakat adalah PLT Biomassa. Saya lihat berjalan baik di Merauke dan akan saya tularkan kemana-mana, akan saya ceritakan kesuksesan ini," kata Dadan.
Direktur Operasi Medco Energi Budi Basuki mengungkapkan beroperasinya pembangkit listrik biomassa ini menjadi bukti kerja sama yang baik antara pengembang listrik swasta dan pemerintah.
"Kami dengan penuh rasa bangga dan bahagia menyampaikan bahwa kami telah berhasil membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik biomassa di Wapeko, Kabupaten Merauke, Papua dengan kapasitas 3,5 MW," katanya.
Pembangkit ini merupakan pembangkit Independent Power Producer (IPP) pertama dengan EBT yang ada di Papua. Menurut dia hal ini menunjukkan keberhasilan public private partnership antara PLN dan Medco dengan dukungan pendanaan BPDLH dan Sarana Multi Infrastruktur (SMI).
Pemanfaatan energi terbarukan melalui biomassa dari hutan tanaman industri merupakan energi hijau yang berkelanjutan dan dapat memberikan sumbangan pengurangan emisi yang besar. Pembangkit listrik biomassa juga telah terbukti dapat mengurangi biaya pembangkitan dan impor BBM serta menggunakan sumber daya lokal.
"Jadi ini sesungguhnya harus bisa menjadi bagian yang dimaksimalkan terutama untuk Pulau Papua, karena potensi hutan energi di sini sebetulnya bisa mensuplai untuk 150 MW setara BBM," katanya.
Oleh karena itu pihaknya telah mengusulkan agar secepatnya di Merauke bisa ditambahkan lagi kapasitas EBT sebesar 10 MW. Sehingga akan membuat Merauke menjadi Kabupaten pertama yang akan mencapai 50% pembangkitnya berasal dari energi terbarukan.
Dia menambahkan bahwa hal tersebut merupakan capaian yang luar iasa dari sisi pemanfaatan energi. Terutama bagi wilayah yang sarana dan prasarananya relatif tterbatas dibandingkan dengan wilayah lainnya di Jawa.
Adapun rencana peningkatan kapasitas listrik berbasis energi bersih di ujung timur Indonesia ini akan dituangkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2021-2030.
Pemerintah akan terus bekerja sama untuk memperluas pemanfaatan EBT pada sektor ketenagalistrikan di wilayah lainnya. Saat ini pemerintah juga tengah menyelesaikan RUPTL untuk tahun 2021-2030, termasuk menambahkan porsi-porsi EBT yang ada di Papua.