Kementerian ESDM Rencanakan 22 PLTU Pensiun Dini, Kapasitasnya 11 GW
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut terdapat 22 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang siap pensiun dini. Pemerintah mengusulkan agar menggunakan dana hasil efisiensi program subsidi energi untuk mendanai upaya penghentian pembangkit fosil.
"Kita sudah punya rencana pensiunkan PLTU ini, secara on table sudah kita lakukan exercise ada sekitar 22 PLTU dengan kapasitas 11 gigawatt yang siap untuk dapat dishutdown lebih awal," kata Kepala Biro Perencanaan Kementerian ESDM Chrisnawan Anditya dalam acara IISD X Katadata Webinar: The G20 Energy Communique and Leaders Declaration, Rabu (8/6).
Ia mengatakan, pemerintah sudah merancang pembangunan 20,9 giga watt pembangkit listrik yang berasal dari energi terbarukan hingga 2030. Namun, target itu sebetulnya masih bisa lebih besar lagi.
Pembangkit EBT dihadirkan untuk memenuhi permintaan terhadap energi yang semakin besar. Namun, dengan asumsi konsumsi listrik tidak naik signifikan, maka jalan lain untuk mengakselerasi penggunaan EBT yakni dengan "mematikan" PLTU.
"Tapi kembali lagi, untuk melakukan itu dibutuhkan pendanaan yang sangat besar sebagai kompensasi dari pengembang yang sudah membangun PLTU," kata Chrisnawan.
Sumber pembiayaan itu salah satunya bisa diperoleh dari hasil efisiensi atas anggaran subsidi. Tahun ini saja, pemerintah menggelontorkan dana hingga Rp 502 triliun untuk membayar subsidi dan kompensasi energi. Jika anggaran subsidi energi yang tiap tahun nilainya fantastis bisa diefisienkan, maka bisa dipakai untuk mendanai pengembangan EBT maupun upaya penghentian PLTU batu bara.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan butuh anggaran US$ 25-30 miliar untuk mematikan 5,5 gigawatt PLTU batu bara sampai dengan 2030. Besaran biaya tersebut hanya untuk menghentikan pembangkitnya tanpa ada penggantian ke EBT.
Namun demikian, transisi menuju EBT bukan tanpa keuntungan. Analisis terbaru yang diterbitkan oleh lembaga think tank New Climate Institute yang berbasis di Jerman menyebutkan 14,5 juta kematian dini akibat polusi udara dapat dihindari jika dunia setop mengoperasikan dan tak membangun PLTU batu bara hingga 2050.
Para peneliti menunjukkan bahwa pembangkit batu bara yang ada di seluruh dunia berkontribusi terhadap lebih dari 900 ribu kematian dini per tahun. Sedangkan untuk Indonesia, pensiun dini dan penghentian pembangunan PLTU batu bara dapat mencegah 110 ribu kematian dini.
Upaya tersebut juga akan memberikan manfaat ekonomi sebesar US$ 16,3 triliun. Nilai itu setara dengan menyelamatkan sekitar 425 juta tahun kehidupan, atau memperoleh tambahan 20 hari untuk setiap 7,9 miliar populasi global saat ini.
Pembangkit listrik Indonesia mencapai 73.736 megawatt (MW) atau 73,74 gigawatt (GW) hingga November 2021. Pembangkit Listrik Tenaga Uap masih menjadi kontributor pembangkitan terbesar dengan 36,98 GW atau 50% dari total pembangkit listrik.