ASEAN Diperkirakan Butuh Hampir US$ 1 Triliun untuk Transisi Energi

Rezza Aji Pratama
22 Juni 2023, 05:14
Seorang pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di pulau wisata Gili Trawangan, Kecamatan Pemenang, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Rabu (14/12/2022). Guna mendukung kelistrikan untuk pariwisata di pulau Tiga Gili (Gili Air, Gili Men
ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/aww.
Seorang pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di pulau wisata Gili Trawangan, Kecamatan Pemenang, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Rabu (14/12/2022).

IESR mencatat saat ini pengembangan energi terbarukan di Asia Tenggara masih terhambat oleh kesenjangan teknologi. Selain itu, pasar EBT juga masih belum siap dan masih terdapat kekurangan investasi.

Farah Vianda, Koordinator Pembiayaan Berkelanjutan IESR mengatakan Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023 menjadi peluang bagi pemerintah untuk mendorong investasi EBT di kawasan. Farah menyebut ASEAN terbukti sebagai kawasan yang stabil dan tangguh yang dapat menunjukkan kemajuan dalam integrasi keuangan. Keberadaan taksonomi ASEAN menjadi salah satu langkah nyata negara anggota ASEAN untuk memastikan kawasan ini menarik bagi investor. 

Menurut Farah, Taksonomi hijau ASEAN fokus pada penghentian dini batubara untuk pembangkit listrik. Hal ini bisa menjadi peluang besar bagi negara-negara ASEAN untuk mulai melakukan transisi didukung dengan momentum JETP. 

“Namun, perlu dijaga juga untuk kriteria yang masuk pendanaan hijau,” katanya. 

Farah menegaskan Indonesia perlu mendorong negara-negara anggota ASEAN agar mulai fokus pada upaya dekarbonisasi sistem energi. Ini termasuk mengatasi rendahnya investasi di sektor energi terbarukan.

Halaman:
Reporter: Rezza Aji Pratama
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...