Greenpeace dan CAN International Tolak Belem 4x Pledge untuk Bioenergi

Hari Widowati
16 November 2025, 14:07
Greenpeace, bioenergi, COP30
Greenpeace/Mitja Kobal
Greenpeace International bergabung dengan Climate Action Network (CAN) untuk menolak “Belém 4x Pledge” atau inisiatif untuk meningkatkan penggunaan biofuel hingga empat kali lipat dalam satu dekade mendatang.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Greenpeace International bergabung dengan Climate Action Network (CAN) untuk menolak “Belém 4x Pledge” atau inisiatif untuk meningkatkan penggunaan biofuel hingga empat kali lipat dalam satu dekade mendatang.

Belém 4x Pledge merupakan inisiatif bersama Brasil, India, Italia, dan Jepang di Konferensi Perubahan Iklim COP30. Inisiatif itu berjanji akan melipatgandakan penggunaan biofuel berkelanjutan hingga empat kali lipat pada 2035.

Menurut Greenpeace, ekspansi biofuel telah terbukti mengancam hutan, pangan, masyarakat adat dan komunitas lokal serta target-target iklim. Biofuel merupakan solusi palsu untuk mengatasi krisis energi dan iklim.

Kepala Kampanye Solusi untuk Hutan Global Greenpeace, Syahrul Fitra, mengatakan peningkatan biofuel jelas akan mengancam keberadaan dan wilayah Masyarakat Adat, maupun hutan alam serta meningkatkan potensi kebakaran hutan dan lahan gambut.

"Tanpa adanya Belém 4x Pledge ini pun, pemerintah Indonesia sudah berniat mengorbankan hutan untuk proyek-proyek energi seperti biodiesel dan bioetanol. Inisiatif Belém 4x Pledge ini hanya akan jadi legitimasi penghancuran hutan alam dan merampas wilayah Masyarakat Adat di Indonesia atas nama energi hijau, padahal biofuel jelas-jelas merupakan solusi palsu,” ujar Fitra dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (16/11).

Bioenergi Merampas Hak Masyarakat Adat

Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Refki Saputra, mengatakan Proyek Strategis Nasional (PSN) kebun tebu dan bioetanol di Merauke adalah salah satu contoh teranyar bagaimana bioenergi menghancurkan hutan dan merampas hak-hak Masyarakat Adat.

"Menurut perhitungan kami, pembukaan lahan seluas 560.000 hektare vegetasi alami dapat menghasilkan emisi setara dengan 221 juta ton CO₂ atau setara 48 juta emisi mobil dalam setahun," kata Refki. Hal ini membuat target iklim Indonesia yang disampaikan di COP30 Belém menjadi mustahil dicapai.

Refki juga mencontohkan area seluas 380.000 hektare di Kabupaten Merauke dan Boven Digoel yang baru saja ditetapkan pemrintah untuk memproduksi bahan bakar biodiesel B50. Jika dikonversi, lanskap tersebut akan melepaskan emisi setara 162 juta ton gas CO₂ ke atmosfer.

Selain Greenpeace, World Resources Institute (WRI) juga menyatakan khawatir inisiatif tersebut akan memperluas konversi lahan dan memicu deforestasi karena dunia perlu menyediakan lahan untuk pangan. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...