Proyek Penangkapan Karbon Global Melonjak 50%, Termasuk di Indonesia

Happy Fajrian
12 Oktober 2021, 17:16
penangkapan karbon, emisi karbon, perubahan iklim
Arief Kamaludin (Katadata)
Ilustrasi emisi karbon.

Di kawasan Asia Pasifik, proyek-proyek di Indonesia dan Malaysia yang terkait dengan pengembangan gas telah disetujui baru-baru ini. “Lebih banyak proyek di kawasan itu sedang menunggu kejelasan tentang peraturan sebelum bisa dilanjutkan,” kata Zapantis.

Laporan proyek CCS institut biasanya disusun setiap tahun tetapi dirilis lebih awal dari biasanya bertepatan dengan pembicaraan iklim PBB COP26 yang akan berlangsung di Glasgow bulan ini.

Menurut Zapantis, konferensi PBB itu dapat meningkatkan prospek bisnis untuk proyek CCS jika pemerintah menyetujui kerangka kerja yang mengakui dan menghargai CCS bersama dengan sumber pengurangan emisi lainnya.

Proyek Penangkapan Karbon di Indonesia

Indonesia meratifikasi Perjanjian Paris 2015 tentang perubahan iklim. Dalam Nationally Determined Contributions (NDC)-Perubahan Iklim, target pengurangan emisi karbon Indonesia 29% tanpa syarat dengan usaha sendiri, dan 41% bersyarat dengan dukungan internasional pada 2030.

“Kalau targetnya adalah pengurangan emisi karbon, seperti yang dicanangkan dalam NDC, maka energi fosil tidak otomatis digantikan dengan energi baru terbarukan. Pengurangan emisi karbon bisa melalui teknologi penangkapan karbon atau carbon pricing,” ujar Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha.

Oleh karena itu, lanjutnya, DEN bersama pemangku kepentingan dan pemerintah tengah memformulasikan arah transisi energi yang tepat. Pasalnya Indonesia merupakan penghasil energi fosil yang cukup besar.

Terkait investasinya yang mahal, hal ini juga disadari pemerintah. Namun Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana optimis teknologi ini akan ekonomis seiring perkembangan zaman dan teknologi.

"Sepuluh tahun yang akan datang kami optimis teknologi ini sudah mulai terlihat keekonomiannya dari sisi komersial," ujarnya dalam wawancara bersama Katadata.co.id, Jumat (25/6).

Menurut Dadan, Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi teknologi penangkapan karbon akan berkontribusi sekitar 15% dalam mencapai target nol emisi bersih. Untuk itu, pemerintah terus mengkaji keekonomiannya. Walaupun beberapa negara di dunia sudah mulai menerapkan teknologi ini secara komersial.

"Sekarang angkanya itu US$ 40 per ton biaya tambahan untuk mengambil CO2-nya. Tapi angka ini akan terus bergerak, bisa ke atas bisa ke bawah karena teknologinya kan belum berkembang secara massal," ujarnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...