MAC akan Bangun Pusat Mangrove Baru di Indonesia

Hari Widowati
12 Desember 2023, 05:30
Ilustrasi pohon mangrove.
ANTARA FOTO/Jojon/YU
Warga membantu menyiapkan bibit pohon mangrove yang akan ditanam disekitar pesisir Desa Tapulaga, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Kamis (12/10/2023).

Aliansi Mangrove untuk Iklim (MAC) yang dipelopori oleh Uni Emirat Arab (UEA), akan membangun pusat mangrove baru di Indonesia. Hal ini merupakan bagian dari misi globalnya untuk merestorasi dan melindungi 15 juta hektare (ha) hutan bakau pada 2030.

Mariam Almheiri, Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan UEA, mengatakan pada konferensi pers tingkat menteri selama COP28 bahwa pusat mangrove baru itu akan membantu memajukan penelitian dan inovasi serta mendorong pertukaran pengetahuan di dalam komunitas ilmiah global mengenai bakau.

Ia mengatakan bahwa misi pribadi UEA untuk menanam 100 juta pohon bakau pada 2030 sudah berada di jalur yang tepat dan sejauh ini UEA telah berhasil menanam 45 juta pohon bakau.

Almheiri mengatakan bahwa MAC, yang dipimpin oleh UEA dalam kemitraan dengan Indonesia, telah menarik 39 negara sebagai anggotanya. Ini merupakan pencapaian besar.

Negara-negara anggota MAC dan 50 tokoh non-pemerintah yang bertemu di COP28 menegaskan dukungan mereka terhadap Mangrove Breakthrough. Mangrove Breakthrough merupakan upaya kolaboratif antara Global Mangrove Alliance (GMA) dan UN Climate Change High-level Champions yang memiliki misi global yang sama untuk merestorasi dan melindungi 15 juta ha hutan bakau di seluruh dunia pada tahun 2030.

Pendanaan Besar-besaran untuk Konservasi Mangrove

Semua ini terjadi di tengah-tengah pengumuman pendanaan besar-besaran oleh Razan Al Mubarak, UN Climate Change High-Level Climate Champions untuk COP28. Al Mubarak menyebut ada rencana untuk memobilisasi dana sebesar lebih dari US$2,6 miliar untuk alam, keanekaragaman hayati, dan iklim.

Ia juga mengumumkan dana hibah UEA sebesar US$100 juta. Pada tahap pertama, dana hibah itu akan digunakan untuk mendukung upaya Ghana dalam restorasi hutan, layanan ekosistem dan mata pencaharian berkelanjutan bagi masyarakat lokal.

GMA bekerja sama dengan para Pemimpin Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB untuk mengidentifikasi perlunya pendekatan global yang terpadu terhadap konservasi mangrove. GMA juga menyerukan penandatanganan "Mangrove Breakthrough" yang diluncurkan pada COP27.

Tujuan utama dari Mangrove Breakthrough adalah menghentikan kehilangan hutan bakau dan memulihkan setengah dari kehilangan hutan bakau yang terjadi baru-baru ini. Kemudian, menggandakan perlindungan hutan bakau dalam skala global dan menyerukan investasi sebesar US$ 4 miliar pada 2030 untuk melestarikan dan merevitalisasi ekosistem hutan bakau.

"Terobosan Mangrove merupakan langkah signifikan untuk mengurangi emisi karbon dan melestarikan kekayaan alam planet kita," ujar Almheiri seperti dikutip Gulfnews.com, pada Senin (11/12).

UEA mengakui pentingnya mangrove dalam memerangi perubahan iklim dan mendukung masyarakat pesisir. Untuk itu, dia mengundang negara-negara di seluruh dunia untuk mendukung inisiatif unik ini.

"UEA selalu menjadi yang terdepan dalam pengelolaan lingkungan dengan komitmen yang mendalam untuk melestarikan keanekaragaman hayati. Ini adalah warisan yang membanggakan dari pendiri kami, almarhum Sheikh Zayed Bin Sultan Al Nahyan," kata Almheiri.

Dia mengatakan bahwa dengan menyadari peran penting yang dimainkan oleh alam tersebut, UEA memulai perjalanan ambisius untuk menanam 100 juta mangrove pada 2030. "Di mata saya, mangrove adalah pahlawan tanpa tanda jasa dalam perjuangan kita melawan perubahan iklim, dan mereka adalah penjaga pantai dan penjaga keanekaragaman hayati laut kita," tambahnya.

Di bawah MAC, UEA juga akan bekerja sama dengan Jerman di Afrika untuk restorasi perlindungan bakau. Steffi Lemke, Menteri Lingkungan Hidup Konservasi Alam dan Keselamatan Nuklir Jerman, berkomitmen untuk memberikan kontribusi sebesar 40 juta Euro untuk inisiatif iklim internasional.

"Mangrove benar-benar membuat kita terkagum-kagum. Ketika mereka sehat dan dikelola secara berkelanjutan, mereka dapat berkontribusi pada situasi yang saling menguntungkan bagi alam dan keanekaragaman hayati untuk aksi dan adaptasi iklim," kata Lemke.

Inilah yang menjadi alasan bagi Jerman untuk mendukung MAC. "Kami telah mendukung konservasi keanekaragaman hayati dan perlindungan pesisir dan laut di seluruh dunia. Banyak proyek kami yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan manfaat bagi mangrove," lanjutnya.

Saat ini ada lebih dari 50 proyek dengan total volume lebih dari 600 juta Euro. Jerman juga sedang merencanakan kerja sama trilateral dengan UEA untuk mendukung negara-negara mitra dalam upaya konservasi mangrove.

"Kami mulai dengan fokus di Afrika. Tujuannya adalah untuk melestarikan, memulihkan dan mengelola hutan bakau secara berkelanjutan."

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...