IBC Ungkap Rekomendasi Dorong Akselerasi Bursa Karbon di Indonesia
Untuk formula jangka panjang IBC akan mendorong akselerasi bursa karbon di Indonesia. Beberapa langkah yang disiapkan adalah mengusulkan sebuat unit atau task force yang mengkoordinasi upaya-upaya percepatan bursa karbon di Indonesia.
Selain itu IBC mendorong pembentukan peta jalan lerdagangan karbon yang secara komprehensif memetakan rantai pasokan. Council juga akan menilai kembali peta jalan pertukaran karbon dengan memasukkan praktik terbaik global dengan secara aktif terlibat dengan industri.
Nilai Bursa Karbon Capai Rp 31,36 Miliar
Sementara itu Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, mengatakan implementasi perdagangan karbon di indonesia merupakan salah satu upaya Indonesia untuk mendukung target pemenuhan NDC Indonesia di tahun 2060. Menurut Inarno hal itu perlu dilakukan lantaran Indonesia memiliki potensi carbon credit yang besar baik dalam hal permintaan dan penawaran.
Inarno mengatakan hingga saat ini telah terdaftar 52 Pengguna Jasa pada Bursa Karbon semenjak diluncurkannya pada 26 September. Pengguna tersebut berasal dari sektor energi, kehutanan, lembaga jasa keuangan (perbankan dan sekuritas), konsultan, dan sektor lainnya, termasuk media.
Hingga 18 Maret 2024, total akumulasi volume transaksi Bursa Karbon Indonesia sebesar 501.956 ton CO2e dengan nilai Rp31,36 miliar. Dari transaksi tersebut, sebesar 182.293 ton CO2e telah dilakukan retired melalui Bursa Karbon.
"Meski saat ini transaksinya masih terbilang kecil dibandingkan dengan potensinya, saya optimis di masa depan Bursa Karbon kita masih akan terus berkembang pesat," ujar Inarno.
Namun, dia mengatakan, optimisme ini sulit diwujudkan tanpa dukungan dari berbagai pemangku kepentingan terkait. Untuk mengoptimalisasi ekosistem perdagangan Karbon ini, OJK secara aktif terus melakukan koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait.