Daftar 13 Investasi Hijau Paling Potensial di ASEAN, Capai Rp 2.400 T

Rena Laila Wuri
25 April 2024, 11:06
Rumah warga yang berada di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Selasa (15/10/2019). PLTB Jeneponto kini telah beroperasi dengan kapasitas 72 megawatt yang akan membantu pasokan listrik di Wilayah Sulselb
ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Rumah warga yang berada di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Selasa (15/10/2019). PLTB Jeneponto kini telah beroperasi dengan kapasitas 72 megawatt yang akan membantu pasokan listrik di Wilayah Sulselbar dengan kekuatan putaran 20 buah turbin kincir angin.

Ia mengatakan, dibutuhkan kolaborasi pemerintah, swasta, dan mitra yang beragam untuk merebut kesempatan pertumbuhan hijau dan mempercepat transisi dengan cara yang adil dan inklusif. Langkah ini untuk mengkatalisasi pembiayaan  infrastruktur yang berkelanjutan dan secara kolektif meningkatkan bankabilitas proyek-proyek tersebut.

Laporan tersebut juga menguraikan lima akselerator yang dapat membantu meningkatkan solusi ini, antara lain serangkaian insentif kebijakan yang lebih komprehensif, mekanisme keuangan inovatif, penskalaan investasi perusahaan, pengembangan klaster atau percontohan, dan kolaborasi regional.

(Kurs Rp 16.232 per dollar AS) di 13 ide investasi utama. 

Ide-ide ini menjangkau sektor-sektor seperti alam dan pertanian, listrik, transportasi, dan bangunan. Laporan tersebut juga menunjukkan investasi hijau di wilayah tersebut telah menunjukkan tren positif, meningkat 20% YoY menjadi US$6,3 miliar setara Rp 102 triliun (Kurs Rp 16.231 per dollar AS).

Pertumbuhan ini dikaitkan dengan peningkatan investasi di energi terbarukan dan pusat data hijau.

“Sebagai salah satu daerah yang paling rentan terhadap perubahan iklim, Asia Tenggara sedang mengalami peningkatan yang signifikan dalam emisi gas rumah kaca yang didorong oleh pembangunan ekonomi,” kata Kepala Investasi di GenZero, Kimberly Tan dalam keterangan tertulisnya, dikutip Kamis (25/4).

Di tengah-tengah persaingan global untuk investasi iklim, negara-negara yang memimpin dalam memetakan mereka peta jalan dekarbonisasi melalui kerangka kebijakan yang jelas. Selain itu, peraturan yang mendukung dan konkret rencana pembiayaan akan lebih baik diposisikan untuk menarik investasi swasta dan mempercepat mereka transisi.

Sementara itu, Managing Director Investasi ESG &, Keberlanjutan di Temasek, Kyung-Ah Park mengatakan, Asia Tenggara memiliki peran besar untuk dimainkan dalam ambisi nol bersih global. 

“Namun, wilayah Asia Tenggara menghadapi tantangan ganda yang sering bertentangan untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan akan harga yang terjangkau dan dapat diandalkan energi sambil secara bersamaan dalam mengurangi emisi,” kata Park.

Ia mengatakan, untuk merebut kesempatan pertumbuhan hijau dan mempercepat transisi dengan cara yang adil dan inklusif. Selain itu, membutuhkan kolaborasi di seluruh sektor publik dan swasta, serta mitra yang beragam.

Langkah ini untuk mengkatalisasi pembiayaan untuk keberlanjutan infrastruktur dan secara kolektif meningkatkan bankabilitas proyek-proyek tersebut.

Laporan tersebut juga menguraikan lima akselerator yang dapat membantu meningkatkan solusi ini, antara lain;

  1. Serangkaian insentif kebijakan yang lebih komprehensif,
  2. mekanisme keuangan inovatif, 
  3. penskalaan investasi perusahaan, 
  4.  pengembangan klaster/ percontohan dan
  5. kolaborasi regional.

Halaman:
Reporter: Rena Laila Wuri

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...