Sejarah Pelonco, Kekerasan Senior di Lingkup Pendidikan

Aditya Widya Putri
11 Juni 2023, 10:29
Sejumlah mahasiswa menyalakan lampu pada gawainya saat Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) di Graha Widya Wisuda (GWW) IPB University, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (11/8/2022). Sebanyak 4.500 mahasiswa baru IPB University angkatan
ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/rwa.
Sejumlah mahasiswa menyalakan lampu pada gawainya saat Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) di Graha Widya Wisuda (GWW) IPB University, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (11/8/2022). Sebanyak 4.500 mahasiswa baru IPB University angkatan ke-59 dari berbagai daerah hingga mancanegara mengikuti MPKMB yang dilaksanakan secara luring dengan tujuan untuk memperkenalkan konsep-konsep pertanian modern yang akan menjadi bekal perkuliahan bagi mahasiswa baru.

Ontgroening di balik tembok asrama STOVIA tidak boleh menggunduli kepala siswa dan hanya dilakukan dalam lingkungan sekolah.

Praktik Penggundulan Era Jepang hingga Sekarang

Masa-masa ontgroening beralih istilah menjadi “Pelonco” di masa pendudukan Jepang. Kala itulah praktik penggundulan dimulai dalam Ika Daigaku atau sekolah kedokteran. Kata perpeloncoan berasal dari kata plonco yang artinya kepala gundul.

“Hanya anak kecil yang memiliki kepala gundul pada waktu itu. Sehingga anak kecil yang gundul perlu diberi pengetahuan dan petunjuk untuk masa depannya,” kata mahasiswa Ika Daigu (Sekolah Kedokteran), seperti dikutip R. Darmanto Djojodibroto dalam Tradisi Kehidupan Akademik.

Di Jepang hanya kaisar sebagai keturunan Dewa Matahari yang boleh punya rambut, sehingga kepala gundul menjadi kelaziman laki-laki di era tersebut.

Praktik perpeloncoan terus dilanjutkan hingga masa revolusi kemerdekaan, contohnya di Universitas Indonesia pada April 1949, Klaten, Solo, dan Malang. Pada dekade 1950-an banyak sekolah tinggi dibuka, praktik pelonco tak lagi mengacu pada penggundulan mahasiswa baru, melainkan dibentak dan diperintah senior.

Perploncoan seperti itu sempat ditentang oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI), organisasi mahasiswa yang dekat dengan PKI.

Kedua organisasi tersebut menganggap pelonco sebagai warisan buruk Belanda dan Jepang. Perpeloncoan kemudian dilarang dan berganti nama, mulai dari "Masa Kebaktian Taruna (1963) hingga Masa Prabakti Mahasiswa (Mapram) 1968 di dekade 60-an.

Pada tahun 90-an kegiatan ini dikenal dengan Pekan Orientasi Studi (1991) dan terus berganti istilah menjadi Orientasi Studi Pengenalan Kampus (Ospek), Orientasi Perguruan Tinggi (OPT), atau Masa Orientasi Siswa (MOS).

Hingga kini, praktik senioritas melalui perpeloncoan, apapun istilahnya, tetap langgeng terjadi, meski Menteri Pendidikan mulai dari Anies Baswedan, Muhadjir Effendy hingga Nadiem Makarim telah melarang keras perpeloncoan di lingkungan sekolah hingga perguruan tinggi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...