Sejarah Observatorium Bosscha yang Resmi Mengakhiri Hiatus 3 Tahun
Pertemuan di Hotel Homann Bandung itu menghasilkan kesepakatan lainnya yaitu Karel Bosscha bersedia menjadi penyandang dana utama dan berjanji akan memberikan bantuan pembelian teropong bintang.
Observatorium yang dulu dikenal dengan nama Bosscha Sterrenwacht itu selesai dibangun dan diresmikan pada 1 Januari 1923. Sebagai penghargaan atas inisiatif dan jasa Karel Bosscha, namanya diabadikan sebagai nama observatorium tersebut.
Di masa itu, Bosscha Sterrenwacht merupakan satu-satunya observatorium modern yang berdiri di Asia Tenggara.
Menjadi Cikal Bakal Pendidikan Astronomi di Indonesia
Pada 17 Oktober 1951, NISV secara resmi menyerahkan observatorium kepada pemerintah Republik Indonesia. Pemerintah lantas menitipkan observatorium kepada Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA) Universitas Indonesia.
Fakultas ini kemudian menjadi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung. Menurut keterangan di situs resmi Observatorium Bosscha, bersamaan dengan pergantian tersebut, pendidikan astronomi pertama kali di Indonesia secara resmi dimulai di bawah Institut Teknologi Bandung (ITB).
Hingga saat ini, ITB masih menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang menjalankan pendidikan sarjana, magister, dan doktoral dalam astronomi dan astrofisika.
Pada 2004, Observatorium Bosscha dicanangkan sebagai Cagar Budaya Nasional, dan pada tahun 2008 ditetapkan sebagai Objek Vital Nasional. Baru pada 2017 Observatorium Bosscha ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya Nasional melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 184/M/2017.
Observatorium Bosscha masih aktif digunakan sampai saat ini oleh ilmuwan dan peneliti dari berbagai negara. Mereka menyambangi Bosscha untuk melakukan pengamatan astronomi, melakukan analisis data astrofisika, hingga belajar instrumentasi.
Tempat ini juga merupakan lokasi syuting beberapa film Indonesia seperti Petualangan Sherina dan Pengabdi Setan 2.