Dotcom Bubble, Krisis Keuangan yang Menghantam Perusahaan Digital

Image title
11 Desember 2023, 02:09
Dotcom Bubble
Tavaga
Ilustrasi, Dotcom Bubble

Penutupan perusahaan ini merupakan peristiwa penting pada tahap awal Dotcom Bubble, yang melambangkan tantangan yang dihadapi banyak perusahaan internet pada saat itu.

2. Pets.com

Ilustrasi, logo Pets.com.
Ilustrasi, logo Pets.com, salah satu perusahaan yang bangkrut di era Dotcom Bubble. (Failory)

Pets.com adalah online retailer perlengkapan hewan peliharaan yang mendapat perhatian signifikan selama booming dot-com di akhir dekade 1990-an. Perusahaan ini didirikan pada 1998 dan menjadi terkenal karena upaya pemasarannya.

Pets.com go public pada Februari 2000 di NASDAQ dengan simbol IPET. Harga saham saat IPO ditetapkan sebesar US$ 11 per saham. Melalui aksi IPO, perusahaan mampu mengumpulkan dana sekitar US$ 82,5 juta. Valuasi Pets.com sendiri tergolong tinggi saat itu, yakni mencapai US$ 300 juta.

Namun, dalam perjalanannya Pets.com menghadapi tantangan yang signifikan, termasuk biaya operasional yang tinggi, biaya pemasaran yang agresif, dan pasar yang kompetitif. Harga saham perusahaan dengan cepat menurun, dan akhirnya bangkrut pada November 2000, kurang dari setahun setelah IPO.

3. Webvan

Ilustrasi, Webvan.com.
Ilustrasi, Webvan.com, salah satu perusahaan yang bangkrut di era Dotcom Bubble. (Business Insider)

Webvan adalah perusahaan layanan pengiriman bahan makanan online yang didirikan pada 1996 oleh Louis Borders. Perusahaan ini menjadi salah satu korban ikonik dari Dotcom Bubble.

Webvan didirikan dengan tujuan untuk merevolusi pengalaman berbelanja bahan makanan, dengan memungkinkan pelanggan memesan secara online. Webvan berinvestasi besar-besaran membangun infrastruktur, termasuk gudang otomatis dan sistem robot. Perusahaan ini IPO pada November 1999, dan berhasil mencapai valuasi yang mencengangkan, yakni lebih dari US$ 7,9 miliar.

Meskipun valuasinya tinggi dan memiliki rencana ambisius, Webvan menghadapi tantangan keuangan yang signifikan. Besarnya biaya terkait pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur yang rumit, ditambah dengan rencana ekspansi yang agresif, menyebabkan kerugian yang semakin besar.

Setahun setelah IPO, Webvan menghadapi kesulitan finansial, dan mengajukan kebangkrutan pada Juli 2001, menandai salah satu kegagalan paling signifikan di era Dotcom Bubble.

4. eToys

Ilustrasi, eToys.com.
Ilustrasi, eToys.com, salah satu perusahaan yang bangkrut di era Dotcom Bubble. (Crunchbase)

eToys didirikan pada 1997 oleh Toby Lenk. Perusahaan ini memanfaatkan tren ritel online yang sedang berkembang saat itu, dengan menyediakan berbagai pilihan mainan untuk dibeli melalui situs webnya.

Perusahaan ini go public pada Mei 1999, dan disambut dengan antusiasme yang signifikan. Harga saham-nya melonjak, dan perusahaan mencapai kapitalisasi pasar puncak sekitar US$ 10 miliar.

Meskipun pertumbuhan dan popularitasnya pesat, eToys menghadapi tantangan finansial yang signifikan. Perusahaan berjuang untuk menghasilkan keuntungan, dan biaya operasionalnya, termasuk biaya pemasaran dan pemenuhan pesanan, yang melebihi pendapatannya.

Ketika Dotcom Bubble pecah pada 2000 dan koreksi pasar yang lebih luas terjadi, eToys tidak mampu mempertahankan operasinya. Perusahaan ini akhirnya mengajukan pailit pada Maret 2001.

5. Boo.com

Ilustrasi, Boo.com.
Ilustrasi, Boo.com, salah satu perusahaan yang bangkrut di era Dotcom Bubble. (ResearchGates)

Boo.com adalah online retailer di bidang fashion yang terkenal pada akhir dekade 1990-an, saat "Internet Boom". booming dot-com. Pada November 1999, hanya tujuh bulan setelah diluncurkan, perusahaan ini mengumpulkan sekitar US$ 135 juta dalam putaran pendanaan yang mencakup investasi dari perusahaan-perusahaan terkenal.

Putaran pendanaan ini berkontribusi pada valuasi perusahaan hingga ratusan juta dolar AS, yang didasarkan.pada ekspektasi pertumbuhan pesat dan potensi dominasi Boo.com di pasar ritel fashion online.

Namun, meski memiliki valuasinya tinggi dan investasi yang signifikan, Boo.com menghadapi tantangan operasional, termasuk biaya tinggi, teknologi yang kompleks, dan pasar yang kompetitif.

Perusahaan ini gagal mengubah penilaiannya menjadi profitabilitas yang berkelanjutan. Pada akhirnya, pada Mei 2000, Boo.com mengajukan kebangkrutan, menandai salah satu kegagalan besar di era Dotcom Bubble, karena hancur dalam waktu enam bulan sejak peluncurannya.

Lima perusahaan yang telah dipaparkan ini, hanyalah segelintir contoh dari kegagalan besar yang dialami oleh perusahaan digital di era "Internet Boom". Banyak pula perusahaan yang akhirnya diakuisisi oleh perusahaan digital lain, dan mampu meneruskan layanannya, meski kemudian ditutup.

Ada pula yang masih bertahan hingga saat ini, namun tidak populer. Misalnya, Excite.com, yang merupakan perusahaan search engine atau mesin pencari. Perusahaan yang didirikan pada 1994 ini kemudian bergabung dengan @Home Network, sebuah perusahaan yang fokus pada penyediaan layanan internet berkecepatan tinggi. Penggabungan keduanya bernilai sekitar US$ 6,7 miliar.

Namun, perusahaan ini kemudian mengalami masalah keuangan, dan meledaknya Dotcom Bubble di awal 2000-am semakin menekan Excite. Pasalnya, pendapatan iklan menurun, dan perusahaan menghadapi persaingan yang semakin ketat.

Pada 2001, Ask Jeeves, yang kemudian dikenal sebagai Ask.com, mengakuisisi bagian pencarian web dari Excite. Akuisisi ini menandai berakhirnya Excite sebagai portal internet independen, dan layanannya diintegrasikan ke dalam platform Ask Jeeves.

Meski krisis yang menerpa dunia digital ini menyebabkan kehancuran beberapa perusahaan internet, krisis ini tidak menghambat bisnis internet secara keseluruhan.

Dotcom Bubble membuat investor dan modal ventura menjadi lebih berhati-hati. Ada fokus yang lebih besar pada proses due diligence, serta adanya tuntutan agar startup memiliki strategi yang jelas dalam menghasilkan pendapatan. Krisis ini juga memunculkan beberapa perusahaan besar yang hingga kini masih merajai dunia digital, seperti Amazon, eBay, dan Google.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...