Hadapi Ketidakpastian Harga CPO, Sawit Sumbermas Restrukturisasi Usaha
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk menyiapkan sejumlah strategi dalam menghadapi ketidakpastian harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Chief Financial Officer SSMS Nicholas J. Whittle mengatakan perusahaannya akan melakukan restrukturisasi untuk memperkuat pondasi bisnis perusahaan.
Dalam proses restrukturisasi, perusahaan dengan kode emiten SSMS ini pun akan berfokus pada kinerja produksi minyak keberlanjutan agar diterima pasar global. "Restrukturisasi itu untuk mendukung strategi perusahaan. Sebab, ada kemungkinan besar harga produk tidak sebagus sebelumnya," kata Nicholas di Jakarta, Selasa (25/6).
Berdasarkan referensi internasional CIF Rotterdam price, rata-rata harga CPO sejak awal tahun hingga Juni 2019 masih melemah, yakni di bawah US$ 550 per ton. Harga CPO tertinggi sempat dicatat pada Maret 2019 dengan kisaran US$ 570 per ton.
(Baca: Sawit Sumbermas Catatkan Produksi Minyak Kelapa Sawit 2018 Naik 29,5%)
Menurut Nicholas, fokus pasar global saat ini terbagi pada jenis minyak komoditas dan biodiesel. Meski kebijakan biodiesel dapat mendorong konsumsi CPO, namun harga CPO diperkirakan belum membaik.
Sementara itu, kebijakan energi terbarukan atau Renewable Energy Directive atau RED II oleh Uni Eropa dinilai dapat berdampak langsung pada industri sawit Indonesia. Ini karena Uni Eropa menjadi salah satu pasar yang penting bagi masa depan CPO.
Oleh karena itu, SSMS akan melakukan integrasi sektor hulu dan hilir bersama anak usahanya. "Kami akan mendekatkan hulu dengan hilir," ujarnya. Namun ia menyadari konsolidasi tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
(Baca: Kemendag Kaji Firma Hukum untuk Bawa Kasus Sawit Uni Eropa ke WTO)
Selain itu, SSMS juga akan meningkatkan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) pada usaha hilir. Saat ini, sertifikasi ISPO pada SSMS telah mencapai 80% dari total perkebunan.
Kondisi pasar CPO pada kuartal pertama 2019 serupa dengan kondisi tahun lalu. Meski begitu, rata-rata harga penjualan di triwulan satu lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, kinerja dari segi volume penjualan diperkirakan tidak jauh berbeda dibandingkan triwulan satu 2018 lantaran adanya perbedaan cuaca. "Triwulan ini agak sulit," ujarnya.