Kuartal II, Penjualan Alfamart, Hero, Indomaret, Hypermart Naik 20%

Miftah Ardhian
3 Agustus 2017, 14:07
alfamart
KATADATA

Meski laporan keuangan perusahaan retail modern masih menunjukkan pertumbuhan hingga dua digit, beberapa analis beranggapan industri retail saat ini sedikit lesu. Namun, tidak berarti hal ini menunjukkan daya beli masyarakat sedang rendah.

"Bukan penurunan daya beli. Kalau daya beli turun itu, berarti tidak ada uang. Tapi ini uangnya ada," ujarnya saat dihubungi Katadata, Jakarta, Kamis (3/8). (Baca: Asosiasi Pengusaha Sebut Tiga Sebab Penjualan Retail Merosot)

Analis Retail Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya mengatakan sedikit lesunya industri retail saat ini bukan disebabkan penurunan daya beli masyarakat. Dirinya mencontohkan penjualan Alfamart yang masih baik, menunjukkan daya beli masyarakat sebetulnya terjaga. Terlebih di kuartal II-2017 ini terdapat hari raya lebaran yang mendorong konsumsi masyarakat ke pasar ritel.

Hanya saja, masyarakat cenderung selektif dalam berbelanja dan mulai banyak yang beralih ke belanja online melalui e-commerce. Walaupun, e-commerce ini baru berkontribusi sebanyak 2% dari total penjualan retail. "Apalagi ke depannya ekspektasi terhadap belanja online meningkat. Ini yang membuat saham retail menjadi turun. Karena di pasar semua kan melihat ekspektasi ke depannya," ujar Christine.

(Baca: Penjualan Ritel Lemah, Laba Emiten Fashion Justru Diramal Melonjak)

Sementara itu, Ekonom Bank Pertama Josua Pardede mengatakan konsumsi rumah tangga masih cenderung landai. Survei konsumen oleh Bank Indonesia (BI), mengindikasikan tingkat keyakinan konsumen pada Juni 2017 cenderung melemah. Penyebabnya, ada  persepsi konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja pada saat ini maupun dalam 6 bulan mendatang mengalami penurunan.

Selain itu, porsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi juga menunjukkan tren menurun sejak Desember 2016 hingga Juni 2017. Sedangkan porsi pendapatan yang digunakan untuk tabungan cenderung meningkat. Peningkatan tabungan tersebut dikonfirmasi dengan peningkatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada bulan Mei 2017 yang tercatat 11,18% terhadap Mei tahun lalu dan 9,87% pada April 2017.

(Baca: Dorong Konsumsi, HIPPINDO Gelar Hari Belanja Diskon di Seluruh Daerah)

"Menurut saya, masyarakat menunda melakukan konsumsi pada semester I karena ada faktor kenaikan inflasi sejak awal tahun yang diikuti oleh tahun ajaran baru sekolah. Dengan demikian, penjualan otomotif, penjualan ritel pun cenderung menurun," ujar Josua.

Kemudian, indikasi lain yang menjelaskan masih stagnan nya konsumsi rumah tangga adalah voume penjualan sektor ritel dan fast-moving consumer goods (FMCG). Masyarakat yang cenderung berhemat dan menunda konsumsi terutama pada semester I tahun ini, bukan dari penurunan daya beli masyarakat.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...