Hengkangnya Dana Asing Rp 38 Triliun di Tengah Ancaman Resesi

Image title
16 September 2020, 18:39
pemodal asing, capital outflow, keluar bursa,
123RF.com/Daniil Peshkov
Ilustrasi. Arus dana asing yang keluar bursa saham sepanjang tahun mencapai Rp 38,3 triliun.

Karena transaksi yang terjadi di Mei, membuat sepanjang Mei 2020, asing tercatat melakukan net buy senilai Rp 8,03 triliun berdasarkan data OJK. Padahal, di bulan-bulan lain asing ramai melakukan penjualan pada portofolio sahamnya. Berikut grafik dalam Databoks:



Asing Lepas Saham Telekomunikasi dan Bank

Investor asing paling banyak menjual saham sektor telekomunikasi dan perbankan. Pemodal asing melepas kedua sektor tersebut karena porsi kepemilikannya sangat besar. "Sebenarnya karena kepemilikan asing besar di saham-saham itu. Jadi investor asing tampaknya keluar dulu," kata Hans.

Berdasarkan data RTI Infokom, asing melepas saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan nilai jual bersih mencapai Rp 8,76 triliun di seluruh pasar sejak awal 2020. Saham perusahaan milik pemerintah ini anjlok 29,72% sejak awal tahun menyentuh harga Rp 2.790 per saham.

Asing juga banyak melepas saham infrastruktur telekomunikasi yakni PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), dengan net sell Rp 3,54 triliun. Meski asing melepas, saham perusahaan menara telekomunikasi ini malah meroket hingga 27,95% menyentuh harga Rp 1.030 per saham.

Mirip dengan TOWR, saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) pun naik 1,63% sejak awal tahun menjadi Rp 1.250 per saham. Meski asing melego dengan nilai jual bersih Rp 2,44 triliun.

Menurut Hans, saham TLKM sebenarnya menjadi salah satu saham sektor telekomunikasi yang paling menarik di antara saham-saham lainnya. Namun, investor asing melepas saham ini karena kinerja keuangannya turun tipis, meski perusahaan mengembangkan pemanfaatan teknologi digital di masa pandemi Covid-19.

Sebagai gambaran, laba bersih TLKM sepanjang semester I 2020, tercatat Rp 10,98 triliun. Namun, capaian tersebut lebih rendah 0,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp 11,07 triliun.

Selain saham-saham sektor telekomunikasi, sektor perbankan juga menjadi sasaran penjualan investor asing. Penyebabnya, kinerja perbankan kemungkinan turun di tengah pandemi Covid-19 karena potensi naiknya rasio kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL). "Memang ada relaksasi yang diberikan, tapi biasanya perbankan akan kena juga efek dari ekonomi yang lesu," katanya.



Asing melego saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai jual bersih mencapai Rp 6,76 triliun sejak awal tahun. Saham bank swasta terbesar di Indonesia ini pun tercatat mengalami penurunan hingga 13,99% menjadi berada di harga Rp 28.750 per saham.

Selanjutnya, asing melepas PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan nilai jual mencapai Rp 5,6 triliun. Saham bank yang fokus pada pembiayaan UMKM ini pun anjlok hingga 25,91% menyentuh harga Rp 3.260 per saham.

Begitu juga dengan saham PT bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), asing melepas dengan nilai bersih Rp 5,51 triliun. Saham bank milik pemerintah ini pun anjlok hingga Rp 37,96% menyentuh harga Rp 4.870 per saham.

Terakhir, asing melepas saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan nilai bersih yang mencapai Rp 1,67 triliun. Bank milik pemerintah yang fokus pada pemberian kredit pada korporasi ini pun harus terjun hingga 26,38% menyentuh harga Rp 5.650 per saham sepanjang tahun ini.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...