Holding BUMN dan Yusuf Mansur di Balik Anomali Lonjakan Saham Garuda

Image title
21 November 2020, 08:22
Pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-900neo bercorak khusus yang menampilkan visual masker pada bagian moncong pesawat berada di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (1/10/2020). Pemberian gambar masker pada pesawat merupa
ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/aww.
Pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-900neo bercorak khusus yang menampilkan visual masker pada bagian moncong pesawat berada di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (1/10/2020). Pemberian gambar masker pada pesawat merupakan dukungan Garuda Indonesia terhadap program edukasi pemerintah melalui kampanye 'Ayo Pakai Masker'.

"Garuda juga bisa diuntungkan dengan penambahan armada yang lebih mudah karena ada kepercayaan dari pihak leasing dan pabrik pesawat. Dengan demikian, Garuda akan bisa lebih berkembang," kata Gatot.

Efek Yusuf Mansur?

Di pihak lain, kerugian yang dialami oleh Garuda pada triwulan III 2020 tampaknya menarik perhatian Ustaz Yusuf Mansur. Ia menyampaikan komentar melalui Instagram pada 7 November 2020 dengan mengunggah tangkapan layar berita Katadata.co.id.

Dalam unggahan itu, Yusuf Mansur mengajak masyarakat untuk beramai-ramai memborong saham Garuda. “Rp 15 triliun (kerugian Garuda), kalau dibagi 10 juta orang kecil banget, cuma Rp 1,5 juta (per orang),” katanya dalam unggahan tersebut.

Dengan melakukan investasi pada Garuda, menurutnya, masyarakat akan merasa bangga dapat ikut memiliki maskapai nasional. Kekuatan investor lokal secara gotong royong di pasar modal itu menurutnya juga telah terjadi pada saham BRI Syariah (BRIS).

“Nanti kita take over semua utang BUMN, hehehe. Bismillah,” kata Yusuf Mansur melalui akun @yusufmansurnew yang punya 2,7 juta pengikut.

Yusuf Mansur mengunggah konten tersebut pada hari Sabtu. Kemudian, saat bursa dibuka Senin, 9 November 2020, harga saham Garuda Indonesia naik 9,09% menjadi Rp 264 per saham.

PESAWAT GARUDA BERGAMBAR MASKER
PESAWAT GARUDA BERGAMBAR MASKER (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/aww.)

Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan, ajakan seperti yang dilakukan oleh Yusuf Mansur yang merupakan tokoh masyarakat, memang bisa jadi mempengaruhi psikologis investor, terutama investor dalam negeri. "Ajakan seperti itu, memang bisa mempengaruhi psikologis investor domestik," katanya.

Apalagi, Sukarno menilai, memang saham Garuda sebenarnya sudah mengalami penurunan, di mana sejak awal tahun terkoreksi 20,88% hingga 20 November 2020. Jika kenaikan harga saham Garuda bulan ini tidak dihitung alias hingga 27 Oktober 2020, sahamnya anjlok 51,81% menjadi Rp 240 per saham.

Sukarno menyarankan untuk pelaku investor untuk melakukan perdagangan beli dengan target harga (target price) di Rp 460 per saham yang artinya harga ini lebih tinggi 16% dari harga saat ini. "Atau jika harga turun, akan lebih bagus dan bisa gunakan strategi buy on weakness," kata Sukarno.

Di sisi yang berbeda, analis Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial menilai ajakan Yusuf Mansur tersebut tidak ada hubungannya dengan kenaikan harga saham Garuda sejauh November ini. Menurutnya, saran atau pendapatan yang bisa mempengaruhi investor, berasal dari yang sudah lama berkecimpung di dunia keuangan dan paham kinerja perusahaan. "Jadi menurut saya tidak ada hubungannya juga sih harusnya," kata Janson.

Menurutnya, saham Garuda yang naik ini hanya karena pergerakan secara teknikal saja, tidak ada hubungannya dengan fundamental perusahaan. Sehingga, ia tidak merekomendasikan investor untuk membeli saham Garuda. Bisnis penerbangan di tengah pandemi Covid-19 menurutnya sangat menantang, meski harga minyak turun.

Janson mengatakan, minat masyarakat untuk melakukan perjalan menggunakan transportasi udara saat ini masih sulit untuk kembali normal. Sehingga, berbagai maskapai perlu memiliki strategi bisnis demi bertahan di tengah ekonomi yang lesu.

"Kinerja balance sheet Garuda juga belum ada kemajuan, pasalnya hampir tiap tahun ada rugi ditahan (retained loss). Jadi, setiap tahun akan ada modal disetor terus. Itu kurang sehat namanya," kata Janson.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...