Geliat Saham Sektor Teknologi di Tengah Riuhnya Rencana IPO GoTo

Image title
18 Mei 2021, 19:00
ipo goto, emiten sektor teknologi
Katadata/Desy Setyowati
Aplikasi Tokopedia dan Gojek

"Yang secara masif dan secara cepat berkembang di tengah pembatasan kegiatan akibat pandemi Covid-19, menjadi salah satu faktornya," kata Lanjar kepada Katadata.co.id, Selasa (18/5).

Analis Bahana Sekuritas Muhammad Wafi menilai pada dasarnya ada dua kriteria saham yang bisa disebut menarik di mata investor. Pertama, pengetahuan investor tentang proses bisnisnya. Kedua, size dari saham tersebut, baik secara kapitalisasi pasar maupun free float-nya.

Menurutnya, masih banyak investor yang belum mengetahui proses bisnis perusahaan teknologi. Selain itu, kapitalisasi pasar yang kecil, juga membuat saham sektor teknologi tidak terlalu menarik bagi investor saat ini.

"Sebagus apapun bisnis perusahaan, kalau investor tidak familiar dengan bisnisnya dan size-nya kecil, jadi tidak terlalu menarik investor," kata Wafi kepada Katadata.co.id, Selasa (18/5).

Untuk itu, kehadiran perusahaan besar di sektor teknologi yang bisnisnya sudah dikenal luas oleh masyarakat, terutama investor, bisa membawa angin segar bagi indeks sektor teknologi. "kalau yang sekarang, rata-rata size kecil dan bisnis tidak familiar, investor juga tidak percaya diri buat masuk," katanya.

Wafi mengambil contoh rencana GoTo (perusahaan merger Gojek dan Tokopedia) untuk melantai di Bursa melalui initial public offering (IPO). Menurutnya, GoTo merupakan perusahaan teknologi yang memenuhi dua syarat saham menarik di mata investor, baik dari bisnis yang familiar maupun potensi size yang besar.

Sehingga jika GoTo atau perusahaan rintisan berstatus unicorn ke atas melakukan IPO, investor bisa mulai mempelajari bisnis di industri teknologi lainnya. "Betul bisa membawa angin segar bagi sektor IDX TECHNO," kata Wafi menambahkan.

Wafi mengakui, daya tarik GoTo di pasar saham tergantung dari valuasi sahamnya. Jika, tidak cocok dengan ekspektasi pasar, bisa menyurutkan minat investor. Namun, potensi valuasi dan kapitalisasi pasar yang besar dari GoTo, dipercaya lebih besar dari Astra ataupun Telkom.

Berdasarkan rilis GoTo, perusahaan mengaku valuasinya mencapai US$ 18 miliar atau setara Rp 257,04 triliun (kurs: Rp 14.280 per US$). Valuasi tersebut berdasarkan putaran penggalangan dana Gojek pada 2019 dan Tokopedia pada awal 2020 lalu.

Sementara itu, data CB Insights menunjukkan valuasi dari GoTo pada April 2021 setelah bergabung mencapai US$ 17 miliar atau setara dengan Rp 242,76 triliun. Valuasi menurut CB Insights ini, menempatkan GoTo pada urutan ke-12 sebagai perusahaan rintisan dengan valuasi terbesar di dunia.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...