Penerbitan Obligasi 2022 Diprediksi Rp 151 T, Ini Sebaran Sektornya

Andi M. Arief
16 Desember 2021, 20:05
Obligasi
ANTARA FOTO/ Reno Esnir/foc.
Karyawan melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/1/2021).

Bagi investor ritel yang mau membeli reksa dana dengan aset dasar atau underlying surat utang, Hendro menyarankan agar memeriksa peringkat surat utang tersebut. Pasalnya, ujar Hendro, peringkat surat utang akan mencerminkan risiko surat utang yang dimaksud. 

Pefindo mendata surat utang dengan peringkat rendah mengalami tingkat gagal bayar atau default yang lebih tinggi daripada surat utang dengan peringkat tinggi. Tingkat default surat utang dengan peringkat BBB hingga November 2021 adalah 4,47%, sedangkan surat utang dengan peringkat AAA tidak pernah default. 

Adapun, perusahaan reksa dana merupakan investor terbesar di pasar obligasi korporasi saat ini dengan nilai investasi per September 2021 mencapai Rp 131,8 triliun. Angka itu berkontribusi hingga 26,99% dari total nilai pasar obligasi hingga akhir kuartal III-2021 mencapai Rp 488,2 triliun. 

Hingga akhir 2022, nilai penerbitan surat utang baru maksimal mencapai Rp 151,2 triliun, sedangkan nilai surat utang yang jatuh tempo adalah Rp 150,9 triliun. Surat utang jatuh tempo paling banyak berasal dari sektor perbankan, yakni senilai Rp 25,5 triliun atau 16,9% dari total surat utang jatuh tempo. 

Surat Utang Sektor Perbankan

Dalam catatan Pefindo, surat utang dari sektor perbankan selalu memiliki kontribusi yang besar ke pasar obligasi korporasi nasional. Namun, pandemi Covid-19 dinilai mengubah hal itu. 

Pada 2020, penerbitan surat utang dari sektor perbankan hanya anjlok 67,52% secara tahunan dari realisasi 2019 senilai Rp 24,28 triliun menjadi Rp 7,88 triliun. Penurunan nilai surat utang ini disebabkan oleh menebalnya cadangan kas sektor perbankan akibat tumbuhnya nilai dana pihak ketiga (DPK) 

PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mencatat nilai tabungan dan deposito di perbankan hingga September 2021 naik sebesar 14% atau bertambah Rp 602 triliun menjadi Rp Rp 5.180 triliun dari posisi Februari 2020 senilai Rp 4.578 triliun. 

Pada saat yang sama, indeks keyakinan konsumen (IKK) November tercatat naik menjadi 118,5 poin dari 113,4 poin pada bulan sebelumnya. Ini merupakan pembacaan tertinggi sejak awal pandemi. Indeks di atas 100 mengindikasikan konsumen yang makin optimistis, dan sebaliknya di bawah 100 berarti pesimis.

Mirae Asset meramalkan tingginya daya beli yang diikuti dengan tumbuhnya tingkat kepercayaan konsumen dapat meningkatkan pengeluaran rumah tangga pada tahun depan. 

Namun demikian, Hendro menilai cadangan kas sektor perbankan masih cukup tebal untuk melakukan ekspansi penyaluran kredit pada 2022. Adapun, surat utang yang diterbitkan perbankan akan sebatas obligasi suboordinasi dengan tujuan perbaikan struktur permodalan.

"Kebutuhan pendanaan mereka lewat surat utang belum bisa pulih seperti sebelum pandemi. (Hanya) beberapa BPD (Bank Pembangunan Daerah) yang masih cukup rutin menerbitkan surat utang pada 2021. Pada 2022, saya rasa berlanjut tren tersebut," kata Hendro.  

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...