Ini Saran Lo Kheng Hong ke Investor yang Tersangkut di Saham Batu Bara

 Zahwa Madjid
25 Mei 2023, 12:03
Ini Saran Lo Kheng Hong ke Investor yang Tersangkut di Saham Batu Bara
Youtube KSPM FEB UI
Founder of HungryStock Community Lukas Setia Atmadja (kiri) dan Lo Kheng Hong (kanan) dalam Investalk KSPM FEB UI 2023 “Navigating Your Future Wealth: Essential Roadmap for Young Investor”, Selasa (15/5).

Lo Kheng Hong juga tercatat merupakan pemegang saham dari beberapa emiten batu bara, antara lain PT ABM Investama Tbk (ABMM) dan PT Indika Energy Tbk (INDY).

Pria pemilik jargon menjadi kaya sambil tidur ini mengaku paling menyukai saham berbasis komoditas. Komoditas yang dia maksud adalah perusahaan tambang batubara. Sebab, perusahaan di sektor ini masih memiliki valuasi yang murah, dengan rata-rata PE hanya 1 kali. Sedangkan emiten berbasis nikel dan emas dinilainya sudah mahal valuasinya.

Berdasarkan informasi dari situs resmi perseroan, Lo Kheng Hong memiliki sebanyak 114,2 juta saham ABMM atau setara 4,1% kepemilikan. Sedangkan untuk INDY, pada sebuah podcast, Lo Kheng Hong menyebut pada 2016, ia pernah menjadi pemegang saham terbesar nomor empat di Indika Energy.

“Jadi ketika harga sahamnya jatuh ke Rp 100-an, Rp 110, saya membeli. Ketika harganya Rp 110 itu, nilai buku per sahamnya Rp 1.600. Ini juga Mercy harga Bajaj, jadi saya membeli. Jadi pemegang saham nomor empat terbesar di Indika Energy,” ujarnya kala itu.

Lo Kheng Hong menambahkan, setelah dua tahun memegang saham Indika, akhirnya dia menjualnya di kisaran harga Rp 4.000. “Dan setelah dua tahun kemudian, harga batu bara yang US$ 50 menjadi US$ 100 dan harga saham itu naik menjadi Rp 4.500 dan saya menjualnya di harga Rp 4.000 dan untung 4.000% dalam dua tahun,” kata ia.

Sebagai informasi, harga batu bara kini menyentuh level terendahnya sejak pertengahan awal Desember 2021. Harga batu bara di ICE Newcastle Australia untuk pengiriman bulan ini turun US$ 5,9 atau 3,6% menjadi US$ 159,3 per ton. Sementara untuk pengiriman Juni 2023 turun US$ 10,7 atau 6,5% menjadi US$ 154 per ton.  

Anjloknya harga batu bara antara lain didorong oleh kondisi melimpahnya pasokan, setelah India yang merupakan salah satu produsen batu bara terbesar dunia, mencatatkan kenaikan produksi 8,8% menjadi 73,1 juta ton pada April 2023.

Sebelumnya, Analis Henan Putihrai Sekuritas Ezaridho Ibnutama mengatakan, saham komoditas saat ini tidak menarik untuk dikoleksi. Selain faktor harga batu bara yang cenderung turun, besaran dividen final dari laba bersih tahun lalu juga dinilai kurang menarik. 

“Selain itu IDX Energy mengalami koreksi dari all time high pada tahun lalu,” ujar Ezar kepada Katadata.co.id, Rabu (24/5).

Ezar pun merekomendasikan bagi para investor yang sudah mengoleksi saham batu bara untuk mengambil posisi tahan. Sebab harga batu bara diprediksi akan naik pada akhir tahun ini.  “Sekitar Oktober-November bisa naik karena ada winter season demand,” ujar Ezar.

Halaman:
Reporter: Zahwa Madjid
Editor: Lona Olavia
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...