Iman Rachman Tegaskan Sikap BEI Netral pada Pilpres 2024
Indonesia saat ini memasuki tahun politik menjelang pemilihan umum atau Pemilu 2024. Tiga kandidat calon presiden dan wakil presiden sudah mantap untuk bertarung dalam pemilihan umum tahun depan. Merespons hal ini, Direktur Utama Bursa Indonesia (BEI) Iman Rachman menegaskan, otoritas bursa tidak akan berpihak alias netral ke pasangan calon mana pun.
"Bursa harusnya independen," kata Iman, saat ditemui di Jakarta, Senin (23/10). Namun, Iman tidak ingin berkomentar lebih lanjut mengenai mengenai Pemilu 2024.
Pesta demokrasi memang tidak hanya dirasakan kalangan partai politik mau pun pemangku kepentingan. Pelaku pasar pun juga menantikan dan mengamati tahun politik Indonesia sebab kebijakan-kebijakan calon pemimpin ke depan bisa berdampak pada pasar modal.
Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodimus sebelumnya mengatakan pasar akan menilai cawapres yang diumumkan oleh masing-masing pengusungnya.
Kriteria yang akan dinilai yaitu, pertama keseragaman visi dan misi cawapres dengan capres. Kedua, yaitu sisi kompetensi cawapres. Ketiga, kemampuan cawapres untuk elektabilitas. Keempat yaitu kemampuan untuk meningkatkan probabilitas kemenangan.
"Kalau cawapresnya disukai oleh pasar dan ternyata kriteria terpenuhi, pasar akan positif," tutur Nico.
Saat ini sudah ada tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden yang sudah mengumumkan akan berlaga pada kontestasi politik pada tahun depan, yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.
Sentimen Pilpres ke Bursa Saham
Pengamat pasar modal yang juga pendiri Avere Mitra Investama Teguh Hidayat mengatakan, setiap pemilu tentunya diawali dengan masa kampanye terlebih dahulu, di mana para calon presiden semuanya mengobral janji-janji untuk masyarakat.
Kemudian jika janji-janji tersebut berkaitan dengan industri atau sektor ekonomi tertentu, maka saham dari emiten di sektor yang bersangkutan bisa naik banyak, bahkan meski janji-janji itu sama sekali belum terealisasi.
Contohnya pada Pilpres 2014 lalu, salah seorang capres ketika itu yakni Jokowi sudah berkampanye bahwa jika ia terpilih jadi presiden, maka ia akan membangun infrastruktur besar-besaran di seluruh Indonesia. Alhasil saham-saham BUMN karya seperti PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT PP Tbk (PTPP), hingga PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) semuanya naik signifikan.
"Kenaikan itu bahkan sejak tahun 2013 dan kembali naik di tahun 2014 ketika Jokowi resmi terpilih sebagai presiden, meskipun pembangunan infrastruktur itu sendiri ketika itu masih belum dimulai," ujar Teguh dalam laman resminya.