Bursa Wall Street Merosot Dipicu Konflik Israel - Iran

Nur Hana Putri Nabila
16 April 2024, 06:46
Wall Street
Antara
Ilustrasi - Bursa Wall Street. ANTARA/Reuters/Mike Segar
Button AI Summarize

Indeks bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup melemah pada Senin (15/4) karena imbal hasil obligasi naik dan kekhawatiran investor terhadap ketegangan di Timur Tengah, termasuk konflik Israel - Iran. Padahal perusahaan Goldman Sachs membukukan pendapatan dan data penjualan ritel yang positif.

Namun indeks Dow Jones Industrial Average turun sebanyak 248,13 poin atau 0,65%, dan ditutup pada level 37.735,11. Meskipun pada awal sesi sempat naik lebih dari 1%, yang menandai penurunan hari keenam secara berturut-turut.

Selain itu, kerugian pada hari Senin juga membuat rata-rata saham blue chip hampir mencapai level datar pada tahun 2024, setelah sebelumnya mendekati 40.000 pada beberapa minggu lalu.

Tak hanya itu, indeks S&P 500 tergelincir 1,2% dan berakhir di 5.061,82 meski pada awal perdagangan sempat naik 0,88%. Nasdaq Composite juga ikut anjlok 1,79% menjadi 15.885,02 karena kinerja Salesforce dan saham-saham perusahaan teknologi lainnya turun.

Kenaikan pasar saham pada Senin pagi juga terhenti oleh kenaikan suku bunga yang lebih tinggi. Imbal hasil obligasi treasury 10 tahun naik hingga melewati level kunci 4,6% dan mencapai titik tertinggi sejak pertengahan November. Kenaikan tersebut terjadi usai meningkatnya penjualan ritel sebesar 0,7% pada bulan Maret 2024.

Hal itu menandakan bahwa konsumsi masih kuat meskipun terdapat tekanan inflasi. Bahkan angka penjualan ritel melampaui perkiraan konsensus sebesar 0,3% dari para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.

Tak hanya itu, sentimen investor juga terpengaruh oleh serangan balasan Iran ke Israel pada Sabtu (13/4) malam. Hal ini merupakan serangan pertama Iran ke Israel melalui pesawat tanpa awak atau drone.

Meskipun sebagian besar ancaman berhasil dicegat, kekhawatiran akan serangan balas tetap ada. Hingga menyebabkan indeks volatilitas bursa perdagangan opsi Chicago (CBOE), yang mengukur kekhawatiran pasar di Wall Street ini ditutup pada level tertinggi sejak Oktober.

Menurut Kepala investasi di NorthEnd Private Wealth, Alex McGrath, situasi sekarang benar-benar dipengaruhi oleh konflik yang terjadi di Timur Tengah. “Hal ini seolah-olah mencampurkan ketakutan hingga dapat menyebabkan dampak yang cukup besar,” kata McGrath dikutip CNBC, Selasa (16/4).

Volatilitas Jangka Pendek Akibat Ketegangan Geopolitik

Di samping itu, harga minyak ditutup lebih rendah pada Senin kamaren setelah naik selama beberapa minggu lalu karena dipicu ketegangan geopolitik. Meskipun turun dari posisi tertinggi pada perdagangan sore, namun faktor-faktor lain yang memberikan tekanan negatif pada pasar.

CEO Bowersock Capital Partners, Emily Bowersock Hill, mengatakan secara historis, gejolak geopolitik sering kali menyebabkan volatilitas bersifat jangka pendek, bukan penurunan pasar secara berkelanjutan. Namun, dalam situasi sekarang, risiko volatilitas yang berkelanjutan akan menjadi lebih tinggi.“Mengingat guncangan harga minyak mungkin berasal dari meningkatnya ketegangan di Timur Tengah," kata Hill.

Di sisi lain, turunnya kinerja Dow Jones dipengaruhi oleh dua peristiwa besar pada Senin kemarin. Pertama, saham Salesforce turun lebih dari 7% setelah perusahaan menjajaki peluang akuisisi Informatica, sebuah perusahaan manajemen data. Sementara saham Goldman Sachs, sesama anggota Dow, melonjak hampir 3% setelah melampaui ekspektasi Wall Street di kuartal pertama.

Penurunan kinerja saham pada Senin kemarin turut menyambung kerugian signifikan yang telah terjadi pada minggu sebelumnya. Hal ini sejalan dengan kekhawatiran investor terhadap inflasi dan kinerja keuangan yang kurang memuaskan dari berbagai perusahaan, yang membuat Dow dan S&P 500 mencatatkan performa mingguan terburuk sejak tahun lalu.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...