Simak Tiga Fakta Menarik Kinerja GOTO Pertama Tanpa Tokopedia

Ringkasan
- PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mengumumkan peningkatan kinerja keuangan pada triwulan pertama tahun 2024, berhasil menekan kerugian bersih sebesar 76% dari periode yang sama di tahun sebelumnya, dengan pendapatan bersih naik 22%. Ini menandai peningkatan profitabilitas GOTO di semua segmen bisnis, sejalan dengan target manajemen untuk mencapai EBITDA yang disesuaikan menjadi impas pada tahun 2024.
- Segmen financial technology GOTO, berkolaborasi dengan Bank Jago, mencatat peningkatan outstanding pinjaman tunai dan BNPL (Buy Now Pay Later) sebesar 43% kuartalan menjadi Rp 2,7 triliun hingga akhir Maret 2024. Peningkatan ini diklaim mencerminkan sebuah hasil kolaborasi yang efektif dengan tingkat kredit bermasalah yang tetap rendah di angka 1,3%.
- Setelah divestasi Tokopedia ke TikTok, GOTO masih menerima kontribusi e-commerce melalui service fee e-commerce yang mencapai Rp 110 miliar pada kuartal I-2024, yang merupakan hasil dari klausul divestasi Tokopedia yang memungkinkan GOTO mendapatkan service fee senilai 0,4% dari Gross Transaction Value (GTV) yang dibayarkan setiap kuartalnya. Ini menunjukkan kontribusi signifikan meski divestasi Tokopedia baru dilaksanakan dua bulan secara resmi.

Perusahaan teknologi, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) baru saja mengumumkan kinerja keuangan triwulan pertama tahun 2024. Setidaknya ada tiga fakta menarik dari kinerja keuangan untuk pertama kalinya tanpa Tokopedia tersebut.
Pertama, profitabilitas GOTO membaik di tengah peningkatan kinerja di setiap segmen bisnisnya. Gojek Tokopedia berhasil menekan kerugian bersih 76% dibanding periode sama kuartal pertama tahun sebelumnya Rp 3,86 triliun. Sementara, pendapatan bersih meningkat 22% menjadi Rp 4,07 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 3,33 triliun.
GOTO secara konsolidasian memangkas kerugian EBITDA yang disesuaikan pada kuartal I-2024 sebesar 89% dibandingkan kuartal tahun sebelumnya menjadi Rp 102 miliar apabila mengacu pada pro-forma keuangan dengan asumsi dekonsolidasi Tokopedia sejak awal Januari 2023.
Analis Phillip Sekuritas Edo Ardiansyah menilai kinerja GOTO di kuartal I-2024 masih sejalan dengan pedoman manajemen yang menargetkan EBITDA yang disesuaikan impas untuk tahun 2024.
Edo juga menyoroti kinerja segmen On-Demand Services (ODS) yaitu Gojek yang masih mampu menjaga profitabilitas dengan EBITDA yang disesuaikan positif di kuartal I-2024 meskipun ada faktor musiman di awal tahun.
“GTV di segmen ini cenderung flat. Namun take rate meningkat 92 bps secara kuartalan menjadi 24%. Hal ini diakibatkan karena GOTO terus memperluas basis pengguna dengan fitur-fitur andalan seperti Hemat, Comfort dan GoRide Transit,” kata dia.
Ia juga menilai strategi GOTO memahami customers sudah tepat berdasarkan segmennya tanpa melihat users dengan parameter one product fits all. Edo menilai, hal ini jelas penting untuk profitabilitas dan sustainabilitas ke depan mengingat dengan inovasi product customer menjadi lebih loyal tanpa harus melakukan bakar uang besar-besaran.
Fakta kedua, perbaikan dialami di segmen financial technology GOTO. Analis Shinhan Sekuritas, Annisa Septiwijaya menyoroti adanya peningkatan outstanding pinjaman tunai dan BNPL GOTO sebesar 43% secara kuartalan menjadi Rp 2,7 triliun hingga akhir Maret 2024.
“Ini hasil kolaborasi dengan Bank Jago. Hanya dalam 5 kuartal sejak diinisiasi, total outstanding bisa mencapai angka tersebut dengan rasio kredit bermasalah tetap rendah di 1,3%,” tuturnya saat dihubungi melalui pesan singkat.
Terakhir, setelah divestasi Tokopedia ke TikTok, memang segmen utama GOTO tersisa menjadi ODS dan fintech. Namun bukan berarti segmen e-commerce tidak memberikan kontribusi apa-apa.
Pada kuartal I-2024 GOTO mencatatkan service fee e-commerce sebesar Rp 110 miliar di mana kuartal tahun sebelumnya tidak ada. Munculnya pos tersebut merupakan dampak dari salah satu klausul divestasi Tokopedia ke TikTok yang akan memberikan service fee senilai 0,4% GTV yang akan dibayarkan setiap kuartalnya.
Annisa menilai angka service fee yang diterima GOTO di kuartal I-2024 tersebut tergolong besar mengingat perseroan baru saja resmi menyelesaikan transaksi di akhir Januari 2024 yang berarti dekonsolidasi baru berjalan dua bulan secara resmi yang menandakan service fee tersebut efektif diperoleh sejak Februari dan Maret 2024 saja.
"Ini setara dengan 0,4% dari GMV Tokopedia dan TikTok Shop maka nilai transaksi di entitas kombinasi tersebut setara dengan kurang lebih Rp 27,5 triliun. Apabila angka tersebut disetahunkan potensi bisa Rp 605 miliar," tambahnya.
Direktur Utama Grup GoTo, Patrick Walujo, mengungkapkan sejak tahun lalu perusahaan fokus pada strategi pertumbuhan dengan memperluas basis pengguna, memperdalam wallet share pengguna ekosistem, menurunkan beban operasional, serta memperkuat kemitraan dengan TikTok. GOTO telah mempercepat pelaksanaan strategi tersebut yang hasilnya mulai terlihat pada Maret dan April 2024.
"Seiring implementasi strategi tersebut, kami berharap dapat mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih cepat di tahun ini, dan di saat yang sama tetap berkomitmen kepada tujuan profitabilitas yang telah kami tetapkan," kata Patrick, dalam siaran pers, dikutip Selasa (30/4).
Pada perdagangan Selasa ini, harga saham GOTO terpantau diperdagangkan pada rentang Rp 63 sampai Rp 64 setiap sahamnya. Nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp 75,69 triliun.