Naik 52%, Laba Adaro Minerals Capai Rp 3,8 T di Tengah Fluktuasi Harga Batu Bara
PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) membukukan laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 248,76 juta atau Rp 3,84 triliun (kurs 15.446 per US$) pada semester pertama 2024. Perolehan tersebut meningkat 52% secara tahunan atau year on year (yoy) dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 163,51 atau Rp 2,52 triliun.
Berdasarkan laporan keuangannya, kenaikan laba bersih anak usaha Grup Adaro tersebut sejalan dengan pendapatan yang naik 31% yoy menjadi US$ 607,03 juta atau Rp 9,37 triliun selama semester pertama 2024. Rinciannya sebagai berikut:
- Penjualan pihak ketiga naik 78% menjadi US$ 388,31 juta dari US$ 218,63 juta
- Penjualan pihak berelasi yang terdiri dari penjualan batu bara dan lainnya turun 11% menjadi US$ 218,72 juta dari US$ 244,97 juta
Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia, Christian Ariano Rachmat, menyatakan bahwa harga batu bara metalurgi mengalami fluktuasi selama paruh pertama 2024. Meskipun demikian, perusahaannya tetap mencapai hasil operasional yang baik berkat pelaksanaan strategi yang efektif, peningkatan produksi, dan perluasan penjualan.
“Kinerja ini mencerminkan upaya bersama dari semua pihak dalam perusahaan, termasuk PT Kalimantan Aluminium Industry dengan progres konstruksi yang terus berlanjut,” tulis Christian dalam keterangannya, dikutip Kamis (29/8).
Dia mengatakan, pendapatan ADMR meningkat karena volume penjualan naik 43% menjadi 2,59 juta ton, meskipun harga rata-rata jual (ASP) turun 8%. Di samping itu, AMDR terus mengembangkan pasar untuk produk batu bara metalurgi berkualitas tinggi dan telah menarik minat pelanggan di berbagai negara, termasuk Indonesia, Jepang, dan China.
Adapun volume produksi perusahaan pada paruh pertama 2024 meningkat 17% menjadi 2,98 juta ton. Sementara pengupasan lapisan penutup naik 37% menjadi 10,36 juta bcm, menghasilkan nisbah kupas 3,48 kali untuk periode tersebut.
Sepanjang semester pertama 2024, perusahaan mencatat EBITDA operasional sebesar US$ 329,5 juta, meningkat 40% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Margin EBITDA operasional tetap kuat di angka 54,3%.
Sementara laba inti untuk periode tersebut naik 50% menjadi US$252,5 juta. Kenaikan volume penjualan sebesar 43% mendukung peningkatan pendapatan dan profitabilitas dan cukup untuk mengimbangi penurunan harga rata-rata jual (ASP).
Meski demikian, beban pokok pendapatan pada paruh pertama 2024 meningkat 32% menjadi US$ 277,1 juta. Hal itu terutama disebabkan oleh kenaikan volume produksi dan penjualan.
Christian menyebut royalti kepada pemerintah turun 9% menjadi US$74,1 juta akibat penurunan harga, sedangkan biaya penambangan naik 24% menjadi US$86,5 juta.
Kemudian biaya pemrosesan batu bara meningkat 30% menjadi US$12,9 juta, dan biaya pengangkutan serta penanganan naik 24% menjadi US$ 64,2 juta. Biaya bahan bakar naik 18% seiring dengan peningkatan volume, namun biaya kas batu bara per ton turun 14% pada periode tersebut.