Sri Mulyani Sebut 3 Hal Ini akan Dorong Pasar Modal Indonesia di 2025

Nur Hana Putri Nabila
2 Januari 2025, 17:29
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan arahan saat pembukaan perdagangan saham awal tahun 2025 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2025). Pada pembukaan perdagangan saham awal tahun 2025 IHSG dibuka menguat 29,36 poin atau 0,41 persen ke posisi
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nym.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sambutannya dalam pembukaan perdagangan saham awal tahun 2025 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan tiga hal penting untuk mendorong kinerja pasar modal Indonesia pada 2025.  Ketiga hal itu terkait dengan aturan turunan dari Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK), pajak karbon, hingga stimulus pajak untuk sektor prioritas. 

Sri Mulyani menyatakan Kementerian Keuangan akan bekerja sama dengan para menteri terkait untuk menyelesaikan aturan turunan UU P2SK. Hal ini bertujuan untuk menciptakan pengaturan sektor keuangan yang lebih baik, memberikan ruang inovasi dan kreativitas, sekaligus tetap menjaga prinsip tata kelola korporasi dan bursa yang baik.

Selanjutnya, Sri Mulyani membeberkan strategi demi mendorong pengembangan bursa karbon pada 2025. Ia menyebut implementasi pajak karbon dan regulasi batas atas emisi sektoral akan mendorong perkembangan bursa karbon. 

Ia mengatakan, akhir-akhir ini banyak hal terkait pajak karbon menjadi masalah. Karena itu, Sri Mulyani akan terus berkoordinasi dengan kementerian-kementerian terkait, termasuk Kementerian Perdagangan serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 

“Hal ini akan terus kami perkuat, termasuk (koordinasi) dengan berbagai instansi seperti Kementerian ESDM dan bahkan sektor transportasi,” kata Sri Mulyani dalam Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2025, di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (2/1). 

Sri Mulyani juga mengatakan, Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta seluruh pelaku pasar modal Indonesia akan mendukung kebijakan insentif dan stimulus. Ha itu termasuk kebijakan perpajakan untuk pengembangan sektor prioritas.

Kebijakan-kebijakan tersebut diyakini akan mendorong IHSG ke level yang lebih tinggi pada 2025.  

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2024 lalu berada dalam pergerakan yang dinamis meskipun sempat berada di titik terendah. Berdasarkan catatan OJK, IHSG sempat menyentuh level terendah 7.036,57 pada 27 Desember 2024 atau turun 3,25% jika dibandingkan periode tahun lalu di angka 7.272 pada 29 Desember 2023.

Nilai kapitalisasi pasar atau market cap IHSG tercatat meningkat 5,05%. Berdasarkan catatan OJK, kapitalisasi pasar saham pada 27 Desember 2024 sebesar Rp 12.264 triliun dari Rp 11.674 triliun pada 29 Desember 2023.

Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek Otoritas Jasa Keuangan (OJK), I. B. Aditya Jayaantara, mengatakan penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp 251,04 triliun dari 187 penawaran umum. Sebanyak 35 penawaran umum merupakan emiten baru hingga 27 Desember. Secara rinci, sebanyak 34 merupakan emiten saham dan satu lainnya merupakan emiten Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS).  

Menurut OJK, jumlah investor pasar modal Indonesia juga kian meningkat. Aditya mengatakan hingga 24 Desember 2024, jumlah Single Investor Identification (SID) tumbuh 21,77% menjadi 14.817.376 SID, dari sebanyak 12.168.061 SID pada 2023 lalu. 

“Pertumbuhan jumlah investor merupakan hasil dari keberhasilan inklusi keuangan yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan,” ujar Aditya.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...