Sentimen terhadap Fed Fund Rate Kian Santer, IHSG Koreksi Tipis

Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,02% setara 1,02 poin menjadi 5.873 pada Rabu (26/9). Padahal, sepanjang hari ini IHSG berada di zona hijau bahkan sempat menembus level 5.908.
Analis Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengaku kaget melihat posisi indeks saham pada akhir sesi perdagangan hari ini. Menurutnya, faktor teknis yang utamanya memengaruhi IHSG sempat bergerak di zona hijau.
"Jadi tadi pagi ada aksi beli namun di akhir sesi mereka kembali lepas. Jadi, ya cukup beralasan juga untuk investor short term," katanya kepada Katadata.co.id, Rabu (26/9). (Baca juga: Aksi Jual di Pasar Modal Negara Berkembang Mereda)
Alfred juga berpendapat, perilaku investor dalam periode jangka pendek menjukkan respons rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan kembali suku bunga acuannya. Fed Fund Rate kemungkinan bakal naik 25 basis poin menjadi 2,25%.
Rencana kenaikan Fed Fund Rate juga memengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah kembali terdepresiasi 0,05% terhadap penutupan perdagangan kemarin menjadi Rp 14.910 per dolar AS.
Alfred juga menilai bahwa kondisi perekonomian domestik semakin rumit lantaran harga minyak dunia dalam tren naik. Pada Selasa (25/9), harga minyak dunia menyentuh level US$ 72 per barel.
"Artinya, tekanan cukup berat. Apalagi, pemerintah sulit menaikan harga BBM (bahan bakar minyak) sehingga rupiah cukup berat. Ini yang menjadi pemikiran khalayak investor hari ini, untuk melihat short term saja," tuturnya.
Analis Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe juga mengutarakan pendapat senada bahwa IHSG ditutup melemah karena sentimen terhadap rencana kenaikan Fed Fund Rate semakin santer.
"(Investor) mengantisipasi keputusan The Fed nanti malam akan ada kenaikan suku bunga 0,25%. Perang dagang antara AS dengan Tiongkok itu sudah lewat, sudah tidak besar efeknya," kata di saat dihubungi secara terpisah.
(Baca juga: Alasan Ekonom Dorong Kenaikan Bunga Acuan BI September Ini)
Apabila Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya, otoritas moneter domestik dinilai tak harus mengerek 7-day (Reverse) Repo Rate juga. Alasannya, imbuh Alfred, selisih suku bunga acuan bank sentral dua negara ini dalam batas aman atau masih di atas 3%.
"Tanpa BI (Bank Indonesia) menaikan, spread-nya memang sedikit menurun. Tapi sudah aman karena selisihnya 3,25%. Karena minimumnya 3%," ujar dia.