Pengusaha Terbelah Sikapi Isu Penurunan Daya Beli

Miftah Ardhian
6 November 2017, 19:01
Belanja diskon
Katadata | Agung Samosir

Sementara itu, Ketua Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Franciscus Welirang tidak yakin adanya penurunan daya beli walaupun konsumsi rumah tangga mengalami penurunan. Menurutnya, industri manufaktur terus mengalami pertumbuhan sesuai data Kementerian Perindustrian yakni 5,51% untuk skala menengah dan besar, serta untuk skala mikro dan kecil sebesar 5,34 persen.

"Saya tidak percaya yang selalu dibicarakan kalau pasar itu lesu. Kan bisa lihat industri tumbuh, investasi tumbuh, kok pasar turun," ujarnya.

Isu yang berkembang saat ini ada beberapa pertumbuhan segmen industri yang tidak sesuai dengan ekspektasi, tetapi tetap bertumbuh. Daya beli di desa pun seharusnya juga tidak mengalami penurunan, karena dana pemerintah yang ditransfer ke desa cukup besar. Kontribusi transaksi di e-commerce terhadap industri retail masih kecil.

"Jadi, saya tidak begitu melihat hal itu (penurunan daya beli). Buktikan dulu deh, saya tidak merasa itu terasa," ujarnya.

Menyikapi penutupan toko retail, kata Franky, terjadi karena mall dan pusat perbelanjaan. Sehingga, pengusaha memilih untuk melakukan ekspansi ke luar Pulau Jawa yang pasarnya masih sangat besar. Toko retail yang di luar Jakarta tidak mengalami penutupan. Hal tersebut membuktikan daya beli sebetulnya tidak mengalami pelemahan.

Kondisi sepinya pusat perbelanjaan ini karena tidak memiliki bisnis proses yang jelas. Banyak mall yang tidak menentukan segmen pasarnya. "Kalau dia (mall) upper (kelas atas) ya upper saja, jangan dicampur, jadi tidak jelas begitu loh," ujarnya. (Baca: Debenhams Pergi, Pengelola Ubah Konsep Senayan City)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...