Perbankan Sulit Turunkan Bunga Kredit Terkendala Likuiditas Ketat

Ameidyo Daud Nasution
27 September 2016, 10:22
Bank Indonesia
Arief Kamaludin|KATADATA

Kedua, prospek pertumbuhan ekonomi domestik dan global. Di domestik, BI menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 5 - 5,4 persen menjadi 4,9 - 5,3 persen tahun ini. (Baca: Lebih Realistis, Pertumbuhan Ekonomi 2017 Dipangkas Jadi 5,1 Persen).

Sedangkan di tingkat global, International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan dari 3,2 menjadi 3,1 persen. Begitu juga dengan proyeksi tahun depan, dari 3,3 - 3,4 persen menjadi 3,2 persen. Hal ini menunjukan prospek permintaan domestik dan internasional ke depan masih melemah.

Dipangkas Lagi, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global
Dipangkas Lagi, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global (Katadata)

Ketiga, bank sentral memandang likuiditas saat ini masih cukup baik. Hal itu didapat dari penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) 1,5 persen yang akan menambah likuiditas Rp 37 triliun di perbankan hingga akhir tahun. Kemudian, aliran masuk modal asing (capital inflow) ke portfolio mencapai US$ 10,5 miliar atau Rp 114 - 115 triliun sejak awal tahun.

Keempat, tingginya risiko atas kenaikan rasio kredit bermasalah, Non Performing Loan (NPL), yang saat ini 3,1 persen gross dan 1,5 persen netto. Meningkatnya NPL didorong oleh menurunnya permintaan sehingga menekan keuntungan perusahaan, utamanya di sektor pertambangan.

Grafik: 10 Bank Umum dengan Kredit Bermasalah (NPL) Gross Terbesar per Juni 2016
10 Bank Umum dengan Kredit Bermasalah (NPL) Gross Terbesar per Juni 2016 (Sumber: Databoks)

Sedangkan faktor kelima, pemenuhan rasio keuntungan atau profitabilitas. Karena masalah ini, suku bunga kredit sulit turun meskipun suku bunga deposito sudah terkontraksi 0,91 persen. Permintaan kredit yang sedikit tetap kurang untuk menutupi biaya bunga yang harus dibayarkan bank kepada deposan (cost of fund), sehingga mengurangi potensi keuntungan dari bunga.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...