Menyorot Kinerja Bank Nasional yang Dimiliki Asing di Masa Pandemi

Happy Fajrian
3 Desember 2020, 07:00
bank asing, kinerja, perbankan,
Donang Wahyu|KATADATA
Petugas penukaran mata uang merapihkan uang yang hendak ditukar dengan mata uang asing di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta

“Sejalan dengan perbaikan sektor riil, intermediasi sektor jasa keuangan pada September 2020 masih mampu tumbuh positif. Belum kuatnya permintaan kredit ini mencerminkan sikap sektor swasta yang masih berhati-hati terhadap outlook risiko ke depan,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso.

Rapor Merah Bank Milik Asing Imbas Pandemi

Bank-bank yang saat ini dikuasai investor asing, termasuk dalam kategori bank swasta nasional. Sejalan dengan kredit yang terkontraksi, laba bank-bank swasta nasional yang dimiliki asing juga menyusut.

Bank Danamon, misalnya, pada kuartal III tahun ini labanya rontok hingga 43,11% yoy menjadi Rp 1,48 triliun dari sebelumnya Rp 2,59 triliun. Meski demikian Direktur Utama Bank Danamon Yasushi Itagaki mengatakan kinerja banknya masih positif di tengah iklim usaha yang menantang tahun ini.

Catatan positif Bank Danamon terlihat pada kredit yang masih tumbuh 3,77% yoy, menjadi Rp 110,65 triliun dari sebelumnya Rp 106,62 triliun. Serta rasio kredit seret atau non performing loan (NPL) yang turun menjadi 3,2% dibandingkan 4,1% pada kuartal sebelumnya.

“Kami mampu mengelola NPL serta menyediakan biaya pencadangan yang lebih kuat,” ujar Direktur Utama Bank Danamon Yasushi Itagaki, saat menyampaikan kinerja banknya akhir Oktober lalu.

Senasib, laba BTPN juga menyusut walau tidak sedalam Bank Danamon, yakni sebesar 9,52% yoy pada semester I tahun ini, yakni dari Rp 1,23 triliun menjadi Rp 1,11 triliun. Merosotnya laba terjadi meskipun kredit yang disalurkan masih tumbuh 5,84% yoy menjadi Rp 148,89 triliun.

Namun biaya kredit yang naik hingga 63% Bank BTPN, serta rasio kredit bermasalah (non performing loan) yang naik dari 0,88% menjadi 1,12% menggerus perolehan labanya.

Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana bersyukur bank yang ia pimpin masih dapat bertahan menghadapi tantangan di masa sulit ini. “Dampak dari pandemi dapat diminimalkan,” ujarnya Agustus lalu.

Sementara itu Bank Permata labanya anjlok hingga 60,67% pada sembilan bulan pertama tahun ini, dari Rp 1,09 triliun menjadi Rp 429,76 miliar.

Jika melihat laporan keuangan Bank Permata, koreksi laba terjadi di tengah meningkatnya pendapatan bunga bersih sebesar 8,6% menjadi Rp 4,45 triliun, dan pendapatan non bunga naik 9% menjadi Rp 1,69 triliun. Net Interest Margin (NIM)-nya pun naik dari 4,2% menjadi 4,4%.

Meskipun rasio kredit bermasalah atau NPL masih cukup tinggi dan naik dari 3,3% pada kuartal III 2019 menjadi 3,8%. “Bank mengupayakan secara berkelanjutan untuk memperbaiki NPL melalui restrukturisasi, penghapusan kredit, penjualan NPL, dan pertumbuhan kredit baik,” kata Direktur Utama Permata Ridha DM Wirakusumah.

Kinerja Bank Umum Milik Asing

Nama BankLabaTumbuh (%)KreditTumbuh (%)
Q3 2019Q3 2020Q3 2019Q3 2020
Permata1.092,6429,8-60,792.667,689.090,8-3,9
Danamon2.596,41.476,9-43,1106.625,4110.647,23,8
BTPN*1.234,21.116,7-9,5140.673,8148.891,65,8
Bukopin*120,154,1-54,966.160,167.705,72,3
Oke Indonesia5,013,9178,13.308,54.072,923,1
IBK Indonesia-38,7-97,5152,13.870,8**)4.953,718,7

Keterangan: *) Kinerja Semester I. **) Per 31 Desember 2019.
Sumber: Laporan keuangan

Sedangkan Bank Bukopin labanya susut hingga 54,94% dari Rp 120,14 miliar pada semester I 2019 menjadi Rp 54,13 miliar. Koreksi laba Bank Bukopin masih sejalan dengan turunnya pendapatan bunga bersih hingga 30,28%, yakni dari Rp 1,07 triliun menjadi Rp 881,17 miliar.

Walaupun di saat yang sama beban operasional selain bunga turun 5,89% menjadi Rp 941 miliar dari Rp 813,87 miliar. Selain itu NIM-nya pun susut dari 3,1% menjadi 2,45%.

Namun jika melihat laporan keuangan bulanan Bank Bukopin yang diunggah di laman OJK, pada akhir Agustus 2020 perolehan laba bank yang baru diakuisisi Kookmin Bank ini sudah menjadi negatif atau rugi, yakni sebesar Rp 675,53 miliar.

Beberapa faktor pendorong yang menyebabkan kerugian tersebut di antaranya pendapatan bunga bersih yang ambles 57,94% menjadi Rp 482,57 miliar, serta beban operasional selain bunga yang naik 25,13% menjadi Rp 1,23 triliun.

Nasib yang berbeda justru ditunjukkan oleh bank-bank kecil yang belum lama ini diambil alih oleh investor asing, yakni Bank IBK Indonesia, dan Bank Oke Indonesia.

Menurut laporan keuangannya, laba bersih bank Oke Indonesia melesat hingga 178,13% dari hanya Rp 5,03 miliar menjadi Rp 13,99 miliar pada kuartal III 2020. Lompatan laba bersih bank ini salah satunya didorong oleh penyaluran kreditnya yang melonjak 23,1% yoy dari Rp 3,31 triliun menjadi Rp 4,07 triliun.

Sementara Bank IBK Indonesia, pada kuartal III tahun ini masih membukukan kerugian sebesar R 97,53 miliar, atau naik dari Rp 38,69 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun dalam laporan keuangannya kerugian tersebut disebutkan sebagai dampak atas penyesuaian proforma setelah proses merger antara Bank Agris dan Bank Mitraniaga.

Dari laporan keuangannya terlihat bahwa penyaluran kredit Bank IBK per September 2020 naik 18,17 secara year to date (ytd) menjadi  Rp 4,95 triliun. Pendapatan bunga bersih turun dari Rp 124,51 miliar menjadi Rp 123,25 miliar, dan beban operasional naik dari Rp 140,9 miliar menjadi Rp 242,66 miliar.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...