Holding BUMN Ultra Mikro Akses UMKM Peroleh Pendanaan Murah dan Cepat
PT Permodalan Nasional Madani (PNM) meyakini integrasi ekosistem Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor pembiayaan ultra mikro – Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMi-UMKM) akan menjamin akses pendanaan nasabah yang lebih murah dan cepat.
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi mengatakan melalui holding BUMN Ultra Mikro di segmen UMi dan UMKM akan memacu masyarakat terkategori prasejahtera memiliki akses pendanaan yang lebih terstruktur dalam satu ekosistem. Dengan demikian diharapkan masyarakat prasejahtera bisa cepat ‘naik kelas’ dan memperbesar usaha mereka bahkan membantu menyerap tenaga kerja.
Arief menjelaskan, peran pemberdayaan tetap diperankan PNM mengandalkan Super App yang menjadi pendukung kinerja karyawan. Ada juga pemanfaatan agen Brilink dari BRI yang menyasar segmen ultra mikro lebih efektif.
"Nasabah akan mendapatkan keuntungan dengan akses pendanaan lebih murah dan cepat,” ujar Arief dalam keterangan resmi, Senin (21/6).
Melalui holding yang melibatkan PNM, PT Bank Rakyat Indonesi Tbk (BBRI) dan PT Pegadaian, nasabah program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar PNM) akan memperoleh keuntungan penurunan bunga pinjaman sekitar 3%. Nasabah Mekaar adalah mereka yang telah mempunyai usaha, atau akan melakukan usaha, atau yang pernah usaha karena sudah mempunyai pengalaman usaha sebelumnya sesuai syariat islam.
Integrasi ekosistem UMi pun dapat mengoptimalkan peran pemberdayaan PNM dengan penurunan biaya overhead sekitar 8%. Selain itu, integrasi ini diharapkan dapat memberikan akses pendanaan yang lebih murah kepada PNM dengan berkurang sekitar 7%-9%.
Untuk memberdayakan segmen UMi, holding BUMN Ultra Mikro juga bertujuan mempercepat laju inklusi keuangan, pembiayaan berkelanjutan, serta menyasar 57 juta nasabah. Dari total nasabah yang ingin disasar tersebut, 30 juta diantaranya diyakini belum memiliki akses ke sumber pendanaan formal. Bahkan, 5 juta nasabah diantaranya diperkirakan berada di bawah bayang-bayang rentenir.
Saat ini akses layanan pembiayaan atau pemberian kredit pada segmen UMi berkisar 20%, sehingga masih membutuhkan dorongan guna memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Melalui holding, diharapkan mampu memberikan skema pembiayaan modern dan tidak lagi mensyaratkan agunan dalam pemberian kredit, karena rata-rata UMKM tidak memiliki aset yang memadai.
Pada model bisnis holding UMi, pemerintah akan menggenjot pemberdayaan bisnis melalui PNM dan pengembangan bisnis melalui Pegadaian dan BRI. Hal itu diharapkan mendorong segmen UMi naik ke level segmen mikro.
“Tentunya dengan mengkolaborasikan jaringan kantor BRI dan Agen Brilink yang dapat memperluas jangkauan, terutama kepada kelompok masyarakat pra-sejahtera,” ujarnya.
Selain itu, holding diharapkan akan membentuk ekosistem dengan menjaga, mempertahankan pendekatan pemberdayaan sosial PNM, dan model bisnis Pegadaian serta memperkuat peranan BRI sebagai koordinator dan Center of Excellence.
"Ekosistemnya tentu akan menjadi lebih besar. Pelaku ultra mikro dapat menjalin kerja sama dengan pelaku usaha menengah, bahkan korporasi, secara langsung, dan akan membuka peluang ekspor lebih baik lagi," ujarnya.
Ke depan, ekosistem UMi diharapkan mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pekerja untuk pengembangan kapabilitas dan karir lintas entitas sesuai aspirasi dan kebutuhan perseroan. Pengembangan talenta tenaga kerja sesuai dengan lima fondasi BUMN melalui BRI Corpu sebagai sentra sharing knowledge antar pekerja BRI Group.
Sementara itu, Menteri BUMN Erick Thohir memastikan bahwa holding akan menjadi solusi bagi berbagai permasalahan yang dihadapi segmen UMi. Dia menjelaskan, akses pendanaan yang lebih murah dan cepat akan menopang kemajuan segmen usaha tersebut.
Harapannya, akan tercipta penguatan ketahanan ekonomi dan pertumbuhan yang berkualitas. Itu akan mengurangi kesenjangan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama pengusaha ultra mikro melalui pemberdayaan.
Pihaknya mengakui, tanpa holding BUMN banyak kendala yang dihadapi dalam akses pembiayaan. Salah satunya biaya overhead yang tinggi karena model pemberdayaan membutuhkan pendampingan dan penyuluhan intensif.
Selain itu, kurangnya sumber daya manusia membuat usaha ultra mikro sulit dijangkau. Adapun dari sudut pandang perseroan, tanpa holding membuat segi pendanaan berbiaya relatif tinggi karena mengandalkan pinjaman dari pasar modal. Pembiayaan bergantung kondisi pasar sehingga terdapat potensi kegagalan refinancing.
“Ketika pemerintah berbicara tentang Indonesia maju, maka ada kemajuan segmen ultra mikro melalui penguatan ketahanan ekonomi. Kami sudah memetakan sinergi yang dapat dilakukan di BUMN untuk menguatkan keberpihakan kepada pengusaha ultra mikro,” ujarnya.
Menteri BUMN tersebut juga menjamin holding akan mensinergikan kekuatan dan keahlian ketiga perseroan. Holding akan dilakukan dengan mempertahankan model bisnis gadai dari Pegadaian, konsep pemberdayaan sosial dari PNM, dengan BRI sebagai pendorong pertumbuhan karena merupakan perseroan terbesar dari ketiga BUMN tersebut.