Bank Mini Marak Rilis Saham Baru Kejar Aturan Modal OJK, Siapa Saja?

Image title
25 Agustus 2021, 18:34
bank, rights issu, OJK, aturan modal
Donang Wahyu|KATADATA
Petugas penukaran mata uang merapihkan uang yang hendak ditukar dengan mata uang asing di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta. Berdasarkan data Bank Indonesia, kurs tengah rupiah dipatok pada level Rp11.722 per dolar AS, melemah 0,14% dibandingkan
  • PT Bank Ganesha Tbk (BGTB)                                                                                                                                                                           Pemegang saham pengendali Bank Ganesha, PT Equity Development Investment Tbk (GSMF) berencana untuk menyuntikan modal tambahan kepada bank tersebut melalui penerbitan saham baru melalui skema rights issue.

    Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan GSMF, penggunaan dana dari rights issue tersebut untuk peningkatan investasi saham pada Bank Ganesha untuk memenuhi syarat OJK. Jika sisa, akan digunakan untuk modal kerja. Saat ini GSMF memiliki 29.86% saham Bank Ganesha.

    GSMF berencana untuk menerbitkan sebanyak-banyaknya 10,1 miliar unit saham baru atau setara 135,48% dengan nominal Rp 100 per saham. Sementara, perusahaan belum menetapkan harga pelaksanaannya.

    Sementara manajemen Bank Ganesha mengatakan, Bank Ganesha telah berkomitmen untuk memenuhi pemenuhan modal inti sesuai dengan penyampaian rencana bisnis bank (RBB) yang telah disampaikan kepada OJK.

    "Saat ini terdapat beberapa opsi yang sedang kami dalami untuk mencari solusi yang terbaik bagi Bank Ganesha. Kami harapkan pelaksanaannya dapat memenuhi tenggang waktu yang telah ditetapkan," tulis manajemen dalam catatan hasil paparan publik.

    Berdasarkan laporan keuangan per 31 Juni 2021, Bank Ganesha memang hanya memiliki modal inti Rp 1,04 triliun saja. Sedangkan syarat minimal modal inti pada 2021 senilai Rp 2 triliun dan tahun depan menjadi Rp 3 triliun.

  • PT Bank JTrust Indonesia Tbk (BCIC)
  • JTrust Bank berencana menambah modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Bank yang pernah diselamatkan oleh LPS ini menargetkan perolehan dana Rp 1,5 triliun dari aksi korporasi tersebut.

    Manajemen JTrust Indonesia menyampaikan dana hasil rights issue akan digunakan untuk mengukuhkan pemenuhan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang modal inti minimum bank.

    Berdasarkan prospektus, JTrust akan menerbitkan maksimal 4,54 miliar saham Seri C atau 45,40% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perusahaan. Perusahaan akan menawarkan saham baru itu dalam skema Penawaran Umum Terbatas (PUT) 2021 dengan nominal Rp 100 per saham.

    Dana hasil rights issue akan digunakan untuk memenuhi ketentuan tentang modal inti minimum bank. Caranya, dengan mengonversi setoran dana yang berasal dari pinjaman subordinasi yang sebagian telah dikonversi dan dicatat menjadi modal inti utama perusahaan.

    "Catatan ini juga telah dicantumkan dalam akun ekuitas sebagai komponen modal lain dan sebagian masih dalam bentuk pinjaman subordinasi," ujar manajemen.

    Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, modal inti tier 1 JTrust Bank pada 30 Juni 2021 hanya Rp 1,04 triliun. Artinya masih perlu untuk melakukan penambahan modal dalam rangka memenuhi minimal modal inti bank Rp 2 triliun tahun ini dan Rp 3 triliun tahun depan.

    Pemegang saham utama yakni J Trust Co, Ltd, Jepang, JTrust Asia Pte Ltd, Singapura, dan PT JTrust Investments Indonesia menyatakan akan menggunakan haknya dengan kompensasi komponen ekuitas lain dan konversi hak tagih dari pinjaman subordinasi seluruhnya bersama-sama senilai Rp 1,36 triliun.

    6. PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR)

    Bank Amar masih memiliki modal inti tier 1 sebesar Rp 1 triliun per 30 Juni 2021 ini. Artinya tinggal enam bulan lagi, Bank Amar harus meningkatkan modal inti agar sesuai dengan target OJK senilai Rp 2 triliun untuk tahun ini.

    Direktur Utama Bank Amar Vishal Tulsian mengatakan, sejak 2014 OJK sudah tiga kali menaikan persyaratan kecukupan modal dan selama itu pula bank Amar bisa memenuhi persyaratan tersebut dengan baik.

    Selain itu, sebagai salah satu bank yang melayani nasabahnya secara digital, banyak minat yang diberikan oleh investor dan masyarakat kepada Amar Bank. "Oleh karena itu, Bank Amar memiliki berbagai pilihan yang bisa diambil dalam melakukan mencukupi permodalan ini," kata Vishal dalam paparan publik secara virtual, Rabu (25/8).

    Ia memastikan, saat ini dan ke depannya, posisi bank dalam keadaan cukup baik untuk bisa memenuhi persyaratan OJK tersebut. Sayangnya, Vishal tidak memberitahukan lebih lanjut terkait strategi untuk menambah modal dalam mencukupi Rp 2 triliun syarat OJK.

    7. PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO)

    Selain bank mini, anak usaha bank besar juga berupaya meningkatkan modal inti demi menyesuaikan aturan otoritas perbankan. Salah satunya, BRI Agro berencana menerbitkan 2,15 miliar saham baru dengan nominal Rp 100 per saham. Anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI ini akan meminta persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung pada 27 September 2021.

    Jumlah saham baru yang akan diterbitkan tercatat 9,96% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan pada 31 Juli 2021. BRI Agro akan menambah modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue melalui mekanisme Penawaran Umum Terbatas (PUT).

    "Dana tunai yang diperoleh perusahaan akan digunakan untuk memperkuat permodalan perusahaan yang dapat digunakan sebagai modal kerja dalam penyaluran dana berbasis digital," demikian tertulis dalam prospektus yang terbit pada Kamis (19/8).

    Penambahan modal diharapkan akan berkontribusi positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penguatan struktur permodalan emiten berkode saham AGRO ini dianggap bisa mendukung kegiatan usaha ke depan, serta menciptakan nilai bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan.

    Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2021, modal inti perusahaan sebenarnya sudah melebihi dari ketentuan OJK senilai Rp 3 triliun. Padalnya, modal inti tier 1 BRI Agro mencapai Rp 4,21 triliun berdasarkan laporan keuangan tersebut.

    Berdasarkan data BEI pada 31 Juli 2021, BRI menggenggam 86,09% saham BRI Agro dan menjadi pemegang saham pengendali. Sementara sisanya dimiliki publik 13,91%. Pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya untuk membeli saham baru akan terkena dilusi kepemilikan maksimal 9,06% dari persentase kepemilikan saham perusahaan

    Halaman:
    Reporter: Ihya Ulum Aldin
    Editor: Lavinda
    Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

    Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

    Ikuti kami

    Artikel Terkait

    Video Pilihan
    Loading...