Allianz Harap Kemajuan Teknologi Bantu Masyarakat Melek Asuransi
Indeks inklusi keuangan asuransi pada 2019 sebesar 13,15%, jauh tertinggal dibandingkan inklusi perbankan yang mencapai 73,88%.
Sementara, indeks literasi asuransi pada 2019 ada di level 19,4%, juga masih jauh di bawah literasi perbankan yang 36,12%.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo menargetkan tingkat inklusi keuangan dapat mencapai 90% dari total penduduk pada 2024.
Pada 2019, indeks inklusi keuangan di Indonesia mencapai 76%, lebih rendah dibandingkan Singapura sebesar 86%, Malaysia 85%, dan Thailand 82%.
Tahun lalu, Jokowi secara khusus juga menyoroti masih rendahnya literasi keuangan masyarakat Indonesia. Presiden mengatakan literasi keuangan digital masyarakat Indonesia baru mencapai 35,5%.
Selain itu, jumlah masyarakat yang pernah menggunakan layanan digital masih sedikit, hanya 31,26%.
Survei yang dilakukan OECD/INFE pada tahun lalu menyebutkan bahwa financial literacy score Indonesia adalah sebesar 63,5% dengan financial knowledge score sebesar 53,2%.
Kondisi ini menggambarkan bahwa masyarakat selama ini hanya menggunakan produk dan layanan keuangan tanpa memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengoptimalkan produk keuangan yang mereka miliki.
Beberapa alasan rendahnya tingkat literasi keuangan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, latar belakang budaya, agama dan pendidikan masyarakat serta terbatasnya informasi yang mereka peroleh terkait produk dan jasa keuangan.
Padahal, hasil penelitian OJK di sejumlah daerah menunjukkan bahwa indeks literasi dan inklusi keuangan dapat meningkatkan pendapatan per kapita dan indeks pembangunan manusia.
Setiap peningkatan satu persen kenaikan indeks literasi dan inklusi keuangan mampu mengerek IPM sebesar 0,16%.