Rupiah Terancam Melemah Karena The Fed Tahan Suku Bunga Lebih Lama

Rahayu Subekti
24 Maret 2025, 09:47
Rupiah
ANTARA FOTO/Andry Denisah/rwa.
Warga menunjukkan uang rupiah baru hasil penukaran di mobil kas keliling, pelataran Masjid Al alam Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (8/3/2025). Kantor Peilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulawesi Tenggara menyiapkan uang layak edar (ULE) sebesar Rp1,2 triliun guna memenuhi kebutuhan masyarakat dalam penukaran uang pecahan kecil selama bulan suci Ramadhan yang berlangsung sejak 5-26 Maret 2025.

Ringkasan

  • Pertemuan tiga sekjen Koalisi Perubahan membahas mempertahankan koalisi hingga Pilkada DKI Jakarta.
  • Ketiga partai Koalisi Perubahan memiliki cukup kursi di DPRD DKI untuk maju bersama di Pilkada, dan ingin menciptakan tradisi baru berkoalisi hingga level daerah.
  • Pertemuan juga mencakup syukuran atas kenaikan signifikan perolehan suara tiga partai dalam Pileg.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Sejumlah analis memproyeksikan rupiah masih akan melanjutkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini. Hal ii dipicu oleh kebijakan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed dan faktor eksternal lainnya.

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengungkapkan penyebab pelemahan ini karena pernyataan hawkish dari dua pejabat The Fed, Austan Goolsbee dan John Williams, yang menilai belum ada urgensi untuk menurunkan suku bunga.

Melalui pernyataan hawkish tersebut, The Fed memberi sinyal masih mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu lama. Hal ini akan berdampak pada penguatan dolar AS dan pelemahan rupiah. 

"Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang rebound karena pernyataan The Fed. Potensi pergerakan hari ini berada di kisaran Rp 16.450 hingga Rp 16.550 per dolar AS," ujar Lukman kepada Katadata.co.id, Senin (24/3).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah di level Rp 16.549 per dolar AS pada pukul 09.15 WIB, turun 47,50 poin (0,29%) dari penutupan sebelumnya.

Sementara itu, pengamat pasar uang Ariston Tjendra justru menilai rupiah masih berpotensi melemah akibat kebijakan tarif baru yang akan diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump pada 2 April 2025.

"Pasar khawatir akan dampak negatif pengenaan tarif baru ini. Selain itu, meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah turut menambah kekhawatiran pasar," kata Ariston.

Ariston juga mencatat indeks dolar AS naik ke area 104,10 pada pagi ini, setelah sebelumnya bergerak di kisaran 103 pada akhir pekan lalu.

"Potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah Rp 16.550 per dolar AS, dengan level support di sekitar Rp 16.400 per dolar AS," ujarnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...