Pandemi Mengubah Perilaku Perokok, Sampoerna Optimistis Penjualan Naik

Image title
18 September 2020, 07:00
sampoerna, hmsp, hm sampoerna, saham, rokok, emiten rokok, penjualan rokok, bursa
ANTARA FOTO/Siswowidodo/hp.
Suasana pekerja di ruang produksi pabrik rokok PT Digjaya Mulia Abadi (DMA) mitra PT HM Sampoerna, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Selasa (16/6/2020).

Di tengah perubahan perilaku konsumen itu, Sampoerna menyesuaikan strategi perusahaan untuk mempertahankan daya saing bisnisnya, salah satunya dengan meluncurkan produk SKM berkadar TAR tinggi. "Untuk merespons pergeseran permintaan ke produk tar yang lebih tinggi," katanya.

Selain adanya pergeseran konsumsi rokok dari kadar TAR, Sampoerna juga mencatat adanya kenaikan pada pangsa pasar pada rokok kemasan kecil berisi 10-12 batang secara industri. Pada triwulan II 2019, pangsa pasarnya sebesar 39,4%. Sedangkan pada triwulan II 2020, pangsa pasarnya mencapai 44,4%.

Mindaugas mengatakan selain pandemi Covid-19, ada tantangan lain yang harus dihadapi oleh industri rokok yaitu kenaikan tarif cukai rata-rata 24% dan harga jual eceran sebesar 46% yang berlaku pada 2020. Keduanya memberikan dampak signifikan pada kinerja industri rokok dengan tercatat adanya penurunan volume penjualan hingga 15% pada semester I 2020.

Berdasarkan laporan keuangan semester I-2020, penjualan Sampoerna hanya mencapai Rp 44,73 triliun, turun 11,80% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 50,71 triliun. Hal itu menyebabkan laba bersih pada paruh pertama tahun ini hanya mencapai Rp 4,88 triliun, turun 27,83% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,77 triliun.

Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya menilai penurunan kinerja Sampoerna sepanjang semester I 2020 ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti kehilangan pangsa pasar akibat dari penetapan harga yang tidak kompetitif dengan produsen rokok lainnya.

"Lalu, implementasi PSBB dan melemahnya permintaan untuk merek-merek dengan harga lebih tinggi karena kesadaran kesehatan muncul. Begitu juga ketidakmampuan untuk menekan fixed costs," katanya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...