Kerja Keras Krakatau Steel Lunasi Utang Sejak Lahir

Amelia Yesidora
30 November 2021, 11:45
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mencatatkan rekor produksi bulanan baja lembaran dingin atau baja Cold Rolled Coil (CRC) yang merupakan rekor produksi terbanyak sepanjang sejarah pabrik Cold Rolling Mill (CRM) berdiri yaitu sebanyak 81.342 ton di penutupa
PT. Krakatau Steel
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mencatatkan rekor produksi bulanan baja lembaran dingin atau baja Cold Rolled Coil (CRC) yang merupakan rekor produksi terbanyak sepanjang sejarah pabrik Cold Rolling Mill (CRM) berdiri yaitu sebanyak 81.342 ton di penutupan produksi CRC pada 31 Oktober 2021. Rekor tertinggi sebelumnya dilakukan Krakatau Steel di bulan Juli 2008 untuk produk baja CRC dengan pencapaian sebesar 80.032 ton.

Adapun per Agustus 2021, perusahaan ini mencatatkan laba bersih Rp 800 miliar. Laba ini meningkat 54 % dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yakni Rp 362,5 miliar. Begitu juga dengan pendapatan EBITDA (sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) Krakatau Steel pada Agustus 2021 yang mencapai Rp 1,6 triliun, naik 2,2 kali dibandingkan periode tahun lalu sebesar Rp 696 miliar.

Naiknya pendapatan dan laba ini disokong oleh meningkatnya produktivitas Krakatau Steel. Hingga Agustus 2021, penjualan mencapai 1,27 juta ton, meningkat 31 % dibandingkan tahun lalu. Selain itu, Krakatau Steel berhasil menggenjot produksi hingga 1,3 juta ton, atau meningkat 45 % dari periode yang sama tahun lalu.

Krakatau Steel pun berhasil menurunkan biaya tetap (fixed cost) sebesar 16 % dan biaya variabel (variable cost) sebesar 8 %. Strategi efisiensi yang sudah diambil perusahaan sejak 2020 ini turut memotong biaya operasional hingga 41 %. Alhasil, salah satu cara yang ditempuh Krakatau Steel yaitu mengurangi jumlah karyawan hingga 62 %, dari 7.710 orang menjadi 2.929 orang.

krakatau steel
krakatau steel (Arief Kamaludin | Katadata) 

Krakatau Steel, dari Soekarno ke Soeharto

Krakatau Steel lahir dari penandatanganan kontrak pembangunan pabrik baja di Cilegon antara Indonesia dan Tjaazpromex Pert dari Moskow pada 1960. Kemudian, pada 1962, ketika operasi Trikora pembebasan Irian Barat sedang ramai diperbincangkan, Soekarno meresmikan pembangunan pabrik yang disebut Proyek Baja Trikora. 

Proyek Baja Trikora sempat terlantar karena meletusnya Gerakan 30 September alias G30S di 1965. Kemudian, pada 1970, Presiden Soeharto menghidupkan proyek ini dan mengubah namanya menjadi PT Krakatau Steel dengan status perusahaan persero. Akhirnya pada 1975, dimulailah pembangunan PT Krakatau Steel tahap I dengan kapasitas produksi 500 ribu ton per tahun. 

Dilansir dari laman resmi perusahaan, kini Krakatau Steel mempunyai kapasitas produksi 3,15 juta ton per tahun. Produk utamanya antara lain Hot Rolled Coil, Cold Rolled Coil, dan Wire Rod. Dari anak perusahannya, Krakatau Steel membuat baja dengan spesifikasi tertentu seperti Spiral Pipe, Electrical Resistance Welding Pipe, Reinforcing Bars, dan Section Steel.

Selain itu, Krakatau Steel memiliki lima anak perusahaan dari kepemilikan langsung. Ada PT Krakatau Baja Konstruksi (KBK) yang bergerak di perdagangan dan manufaktur baja profil dan tulangan, serta baja pipa. Lalu PT Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI) yang bergerak di bidang industri real estate dan perhotelan

Anak usaha lainnya yaitu PT Krakatau Engineering (KE) yang bergerak di bidang rekayasa dan konstruksi. Sementara PT Krakatau Information Technology (KITech) sebagai penyedia jasa teknologi informasi dan PT Meratus Jaya Iron & Steel (MJIS) bergerak di manufaktur besi dan baja.

Perusahaan baja ini melantai di Bursa Efek Indonesia sejak 10 November 2010 dengan kode KRAS. Kala itu, KRAS menebar 3,16 miliar sahamnya dengan harga Rp 850 per saham. RTI Business mencatat kepemilikan saham utama KRAS ada di tangan NKRI sebesar 80%, dan 20% di masyarakat publik. 

Pekan lalu (25/11), saham KRAS berada di harga Rp 515 per lembar, cenderung stabil dibandingkan hari sebelumnya. Namun apabila dibandingkan dengan satu tahun belakangan, saham ini menguat 39,19%. Saham ini sempat memerah pada enam bulan sebelumnya, yaitu turun di angka 16,26%.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...