Strategi Angkasa Pura I di Tengah Utang Jumbo Rp 35 Triliun

Image title
6 Desember 2021, 13:55
Strategi Angkasa Pura I di Tengah Utang Jumbo Rp 35 Triliun
ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/hp.
Suasana terminal kedatangan Bandara Internasional Lombok di Praya, Lombok Tengah, NTB, Rabu (6/10/2021).

Kinerja Angkasa Pura Tertekan Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 berdampak terhadap penurunan drastis lalu-lintas penumpang di 15 bandara Angkasa Pura I. Sebagai gambaran, pada 2019, jumlah penumpang di bandara Angkasa Pura I mencapai 81,5 juta orang.

Ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia sekitar Maret 2020, traffic penumpang turun menjadi 32,7 juta penumpang pada tahun lalu. Faik memperkirakan, jumlah penumpang pada 2021 bisa lebih rendah lagi, yaitu 25 juta saja.

Penurunan tersebut sejalan dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan jumlah keberangkatan penumpang pesawat domestik dan luar negeri tercatat berkurang pada 2020. Keberangkatan pesawat domestik tercatat hanya membawa 33,51 juta orang pada 2020. Jumlah ini turun 55,99 % dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 76,15 juta orang.

Akibat menurunnya jumlah penumpang, pendapatan Angkasa Pura I anjlok 58,07 % menjadi Rp 3,61 triliun pada 2020 dari Rp 8,63 triliun pada 2019. Pendapatan perusahaan pada 2021 diprediksi sedikit turun akibat prediksi jumlah penumpang akhir tahun ini.

Angkasa Pura I pun membukukan rugi bersih Rp 2,32 triliun sepanjang 2020. Padahal pada tahun sebelumnya, perusahaan milik pemerintah ini membukukan laba bersih Rp 1,45 triliun.

Dengan situasi traffic yang menurun dan tekanan keuangan, Angkasa Pura I dihadapkan pada kewajiban membayar pinjaman yang digunakan untuk pengembangan bandara. Pengembangan ini untuk menjaga konektivitas udara tetap terbuka serta mempercantik gerbang udara daerah lebih menarik. Pandemi Covid-19 datang tepat saat perusahaan tengah mengembangkan berbagai fasilitas bandara tersebut.

Angkasa Pura I pun menggelontorkan dana jumbo untuk mengembangkan bandara tersebut. Seperti Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo, Yogyakarta yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp 12 triliun.

Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin menelan biaya pembangunan Rp 2,3 triliun. Terminal Baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang menghabiskan Rp 2,03 triliun. Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sebesar Rp 2,6 triliun.

Selain itu, ada sejumlah pengembangan bandara lainnya seperti Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya, Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya, Bandara Pattimura Ambon, Bandara El Tari Kupang. Pengembangan seluruh bandara, dibiayai oleh dana internal, kredit sindikasi perbankan, serta obligasi.

"Seperti diketahui, sektor aviasi dan pariwisata merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi Covid-19 di mana pandemi ini masih belum dapat diprediksi kapan akan berakhir," kata Faik.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...