Akuntan Luruskan Tudingan Investasi Telkomsel di GOTO Raib Rp630 M
Investasi PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) pada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) masih jadi pergunjingan. Kali ini yang disorot adalah investasi Telkomsel senilai Rp2,1 triliun yang dalam laporan keuangan perusahaan decacorn tersebut hanya dicatatkan senilai Rp1,47 triliun. Lantas, kemana "raibnya" sisa dana investasi sekitar Rp630 miliar tersebut?
"Temuan" itulah yang belakangan dihembuskan sejumlah pihak setelah heboh persoalan investasi jumbo Telkomsel di GOTO yang kini bermuara di Panitia Kerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Menurut Akuntan dan CEO SW Indonesia Michell Suharli, hitung-hitungan investasi tersebut dapat dilihat dalam laporan keuangan GoTo periode 31 Juli 2021 yang telah diaudit. Di dalam laporan tersebut, GoTo mencatat pinjaman konversi dari Telkomsel yang terbagi pada dua pos berbeda.
Pertama, GoTo mencatatkannya pada penerimaan pinjaman dari pihak ketiga sebesar Rp 1,47 triliun. Kemudian sisanya, yatu Rp 630 miliar tercatat pada pos liabilitas derivatif atau penerbitan instrumen keuangan majemuk lain-lain.
“Jadi, tidak ada yang aneh. Nilainya tetap sama, Rp 2,1 triliun. Tidak ada Rp 630 miliar raib. Saya melihat itu terang benderang di laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan terkait,” ujar Michell dalam diskusi Polemik Special Trijaya bertajuk "Isu Investasi Telkomsel, Fakta atau Fitnah" di Jakarta, Selasa (12/7).
Syak wasangka itu didengungkan karena hanya melihat pos penerimaan dari pihak ketiga, namun tidak melongok pos liabilitas derivatif. Alhasil, dimunculkan informasi raibnya dana investasi Telkomsel sebesar Rp600 miliar di GOTO .
"Pengungkapan secara akuntansi sudah sangat memadai, hanya kita perlu lebih teliti atau lebih jujur menyampaikannya pada publik,” ujar Michell.
Terkait liabilitas derivatif, pada 31 Desember 2020, nilainya telah disesuaikan menjadi Rp 610 miliar. Nilai tersebut tercantum pada catatan nomor 18 di halaman 584 Laporan Keuangan GoTo Tahun 2021 dan catatan nomor 18 Laporan Keuangan GoTo Juli 2021, serta halaman 623 Prospektus IPO GoTo.
Adapun penerimaan pinjaman dari pihak ketiga sebesar Rp 1,49 triliun terdapat pada catatan 20B halaman 595 Laporan Keuangan GoTo Tahun 2021 dan catatan 20B Laporan Keuangan GoTo Juli 2021 halaman 638 Prospektus IPO GoTo.
Pencatatan pada pos terpisah itu dipandang Pengamat Pasar Modal dan CEO Finsevol Consulting, Fendi Susiyanto sebagai standar akuntansi yang berlaku umum, yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 71 - Instrumen Keuangan.
Hal itu disebabkan adanya opsi beli yang melekat pada pinjaman konversi dari Telkomsel, sehingga “tuduhan tendensius dan menyesatkan ini harusnya tidak perlu muncul apabila lapkeu (laporan keuangan) dan prospektus dipelajari secara hati-hati,” ujarnya pada kesempatan yang sama.
Di sisi lain, Feri memandang dugaan kongkalikong dalam investasi Telkomsel kepada GoTo mustahil dilakukan. Hal itu disebabkan pemegang saham Telkomsel bukan hanya Telkom Group. “Artinya kalau mau mengambil decission untuk investasi, itu harus melewati langkah-langkah yang berlapis,” katanya.
Fendi menjelaskan adanya beberapa tahapan yang mesti dilalui oleh sebuah perusahaan jika ingin berinvestasi. Pertama, harus didahului oleh kajian internal. Kemudian, kajian tersebut diusulkan kepada jajaran direksi, komisaris, hingga pemegang saham.
“Telkomsel menurut saya kontrolnya berat sekali, tidak hanya di komisaris. Berlapis dan sangat ketat, serta melibatkan banyak pihak,” tuturnya.