Siapa yang Paling Cuan dari 10 Emiten dengan Market Cap Terbesar?
Kemudian Astra International mencatatkan laba bersih yang naik 43% menjadi Rp 28,9 triliun. Adapun Investasi ASII di GOTO masih mencatatkan kerugian sebesar Rp 1,54 triliun sepanjang 2022.
Sedangkan Unilever mengantongi laba bersih sebesar Rp 5,36 triliun. Angka tersebut lebih rendah 6,83% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 5,75 triliun. Padahal penjualan bersih perseroan tercatat naik 4,23% menjadi Rp 41,21 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 39,54 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2022, tergerusnya laba perusahaan seiring dengan melonjaknya harga pokok penjualan hingga 11,05% menjadi Rp 22,15 triliun dari sebelumnya Rp 19,6 triliun. Naiknya harga pokok penjualan terutama disokong dari kenaikan bahan baku yang digunakan perusahaan tahun lalu.
Senasib laba bersih Telkom sepanjang 2022 tak begitu menggembirakan. Sebab, emiten pelat merah tersebut mencatatkan penurunan laba bersih yang cukup dalam. Telkom membukukan laba bersih Rp 20,75 triliun atau anjlok 16,1% dibanding tahun 2021 yang mencapai Rp 24,76 triliun. Padahal kalau dilihat dari sisi pendapatan, Telkom menghasilkan capaian yang baik dengan tumbuh 2,8% menjadi Rp 147,3 triliun.
Ternyata usut punya usut, penurunan laba bersih Telkom ini disebabkan karena investasi anak usaha mereka Telkomsel yang dilakukan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).
Adapun GOTO, emiten hasil merger Gojek dan Tokopedia mencatatkan rugi bersih Rp 40,4 triliun pada pada tahun 2022. Realisasi itu membengkak 55,98% secara tahunan dibandingkan rugi tahun 2021 senilai Rp 25,9 triliun.
Sementara itu, hingga saat ini emiten produksi bahan petrokimia yang dimiliki oleh taipan Prajogo Pangestu Chandra Asri belum mengumumkan laporan keuangan untuk tahun buku 2022.
Dengan demikian jika diurutkan dari sembilan emiten dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar yang sudah melaporkan laporkan keuangan 2022, maka Bayan Resources tampil sebagai emiten dengan keuntungan yang paling besar secara persentase. Berikut urutannya:
No | Emiten | Persentase | Laba Bersih |
1 | BYAN | 79,7% | Rp 33,73 triliun |
2 | BBNI | 68% | Rp 18,3 triliun |
2 | BBRI | 67% | Rp 51,4 triliun |
4 | BMRI | 46,89% | Rp 41,2 triliun |
5 | ASII | 43% | Rp 28,9 triliun |
6 | BBCA | 29,6% | Rp 40,7 triliun |
Sedangkan jika dilihat dari segi kerugian terbesar, maka GoTo menjadi emiten yang ruginya paling tajam. Berikut urutannya:
No | Emiten | Persentase | Laba Bersih |
1 | GOTO | (55,98%) | (Rp 40,4 triliun) |
2 | TLKM | (16,1%) | Rp 20,75 triliun |
3 | UNVR | (6,83%) | Rp 5,36 triliun |