Barito Pacific (BRPT) Cetak Laba Rp 559,12 Miliar di Semester I 2024

Nur Hana Putri Nabila
2 Agustus 2024, 17:23
Barito Pacific
www.barito-pacific.com
Perusahaan milik orang terkaya nomor satu di Indonesia Prajogo Pangestu, PT Barito Pacific Tbk (BRPT), membukukan laba bersih periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 34,49 juta atau Rp 559,12 miliar.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Perusahaan milik orang terkaya nomor satu di Indonesia Prajogo Pangestu, PT Barito Pacific Tbk (BRPT), membukukan laba bersih periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 34,49 juta atau Rp 559,12 miliar. Perolehan tersebut naik 14% secara year on year (yoy) dari periode yang sama tahun lalu US$ 30,36 juta atau Rp 492,17 miliar pada 2023.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dikutip Jumat (2/8), pendapatan BRPT turun 16% menjadi US$ 1,15 miliar atau sebesar Rp 18,78 triliun pada semester I 2024 dari sebelumnya US$ 1,37 miliar (Rp 20,55 triliun) per 2023. 

Secara rinci, kontribusi pendapatan ekspor petrokimia turun 53% menjadi US$ 145,48 juta per Juni 2024. Kemudian kontribusi dari lokal petrokimia juga turun 5% menjadi US$ 718,84 juta (Rp 11,72 triliun). 

Pendapatan perusahaan dari sektor energi dan sumber daya listrik dari pihak ketiga sebesar US$ 132,54 juta (Rp 2,16 triliun), pendapatan sewa energi US$ 77,69 juta (Rp 1,27 triliun), dan uap sebesar US$ 59,99 juta (Rp 977,84 miliar). Selain itu, Barito juga mencatat pendapatan sewa pembiayaan US$ 19,81 juta (Rp 322,74 miliar) dan segmen lainnya berkontribusi sebesar US$ 4,83 juta (Rp 78,73 miliar).

Direktur Utama Barito Pacific Agus Pangestu mengatakan pada penurunan pendapatan tersebut terutama disebabkan oleh volatilitas yang berkelanjutan di sektor petrokimia global dan pemeliharaan berkala (turnaround maintenance/TAM) di kompleks petrokimia BRPT. Hal itu mengurangi volume penjualan perusahaan secara keseluruhan. 

Pendapatan di segmen energi melemah, turun 2.4% yoy menjadi US$ 290 juta (Rp 4,73 triliun), terutama disebabkan oleh pemeliharaan pada operasional geothermal Darajat. Selain itu, ada pemeliharaan di salah satu unit operasi panas bumi BRPT. 

"TAM di kompleks petrokimia adalah kegiatan rutin untuk memastikan keandalan fasilitas dan memenuhi peraturan yang berlaku. Akuisisi baru Sidrap I membantu mengurangi sebagian turunnya pendapatan, dengan mencapai rekor produksi tertinggi sejak beroperasi," ujar Agus. Hal ini menunjukkan nilai strategis dari diversifikasi portofolio BRPT di sektor energi terbarukan.  

“Semua faktor tersebut mempengaruhi kinerja operasional kami, yang tercermin dalam EBITDA konsolidasian sebesar US$ 271 juta (Rp 4,42 triliun) dengan margin EBITDA 23,4%,” kata Agus dalam keterangannya, dikutip Jumat (2/8). 

Agus mengungkapkan, beban pokok pendapatan turun menjadi US$ 914 juta akibat jadwal TAM, yang menyebabkan penurunan volume produksi. Di tengah volatilitas tinggi yang berkelanjutan di pasar petrokimia global dan pelaksanaan TAM, laba bersih setelah pajak BRPT pada semester I 2024 turun 39% dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi US$50 juta (Rp 815 miliar) dari US$ 82 juta (Rp 1,34 triliun).

Sepanjang semester I 2024, total aset BRPT mencapai US$ 9,98 miliar (Rp 162,67 triliun), turun tipis dari US$ 10,15 miliar (Rp 165,44 triliun) pada akhir tahun 2023. Meskipun terjadi penurunan di segmen petrokimia, BRPT tetap mempertahankan profil likuiditas yang kuat, dengan rasio utang bersih terhadap ekuitas stabil di 0,73x. 

“Hal ini memberikan ruang bagi kebutuhan pendanaan lebih lanjut untuk mendukung ekspansi kami di masa depan,” ujarnya. 

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...